Istri Sekampung

Balap Formula 1-Photo: istimewa-Gus munir
Kalau pembalap Takuma Sato saya tahu. Pernah popular sebagai pembalap di Formula 1. Ia tidak pernah juara. Lalu "lari" ke Indy 500. Juara. Popular sekali.
Kanan-kiri saya delegasi dari Jepang. Ketika mobil Sato lewat bisingnya bukan main: mengelukan Sato. Di atas mobil Sato bersama istrinya. Wanita Jepang. Mungil. Atau pacarnya. Saya tidak tahu. Semua pembalap didampingi pasangan masing-masing yang cantik.
Saya memang pernah sering diajak nonton balap Formula 1. Di beberapa negara. Tahu siapa pembalap-pembalapnya. Juga tahu sistem perlombaannya.
BACA JUGA:Mbappe Sebut Indonesia, Langsung Jadi Perhatian Dunia
BACA JUGA:Raih Dua Penghargaan Individu, Rizky Ridho dapat Tawaran Main ke Klub Eropa
Tapi Indy 500? Nol besar.
Indy 500 bagian dari ego Amerika. Dunia menyukai sepak bola, mereka punya sepak bolanya sendiri. "Sepak bola yang lapangannya begitu luas kok wasitnya hanya satu," ejek mereka. "Basket saja wasitnya dua".
Basketnya Amerika pun beda sendiri. Balap mobilnya juga beda. Kita suka Formula 1 mereka suka Indy 500.
Saya pun ingin tahu Anda setuju atau tidak dengan pernyataan saya ini: nonton pertandingan atau perlombaan olahraga itu baru terasa seru kalau kita memihak.
Coba pikirkan: apa serunya bagi Bonek nonton pertandingan antara Padang dan Maluku. Atau: di mana serunya seorang penggemar Liverpool nonton Brighton lawan Southampton. Nonton itu harus berpihak. Baru seru.
BACA JUGA:Buru Dua Pelaku Pecah Kaca SMPN 46
BACA JUGA:Warga Diminta Tetap Waspada
Di Indy 500 ini saya tidak tahu harus memihak siapa. Saya cari-cari akal: memihak siapa ya?
Akhirnya saya ingin memihak siapa pun yang mesin mobil balapnya disiapkan oleh temannya cucu Pak Iskan: Adi Susilo.
Ternyata, di Indy 500 ini, Adi Susilo berperan besar. Anak Indonesia. Arek Suroboyo. Ia ahli mesin mobil. Lulusan Aachen Jerman --kampusnya Pak Habibie itu. Ia pernah menangani mesin mobil balap Formula 1. Pernah di Indy 500. Lalu balik ke Indy 500 lagi demi istri.