Istri Sekampung

Balap Formula 1-Photo: istimewa-Gus munir
BACA JUGA:Makanan dan Minuman yang Dapat Picu Diabetes, Waspadai Konsumsinya!
Saya pikir, sehari sebelum perlombaan untuk balapan seleksi penentuan urutan posisi start di balapan hari Minggu. Ternyata tidak seperti di Formula 1.
Maka kami sepakat: Sabtu sore keluar kota. Makan malam. Di restoran Indonesia Mayasari milik Maya. Di Greensburg. Satu jam dari Indianapolis.
"Saya jemput pukul 5 sore," katanya.
Kami pun satu mobil ke Greensburg. Adi yang pegang kemudi. "Jangan ngebut ya," pinta saya. Di Jerman ia pernah menjalankan mobil 300 km/jam. Di sana tidak ada aturan batas kecepatan. Yakni di jalan-jalan tolnya yang gratis.
Di sepanjang perjalanan saya tidak bertanya yang berat-berat ke Adi. Semua hal sudah ditanyakan oleh cucu Pak Iskan di podcast. Saya lebih banyak bertanya soal keluarga.
BACA JUGA:Samsung Rilis Tiga Varian Baru dari Seri Galaxy A di Indonesia
Ayah Adi ternyata seorang dosen. Ibunya alumni IKIP Malang. Sang ayah arsitek lulusan ITS Surabaya. Lalu menjadi dosen di fakultas arsitektur Universitas Kristen Petra.
Saat Adi baru berusia dua tahun ayahnya dapat beasiswa ke Sydney Australia. Itu beasiswa dari UK Petra untuk S-2. Adi diajak serta. Pun adik laki-lakinya yang baru berusia satu tahun.
Maka Adi masuk SD-nya di Sydney. Saat pulang ke Surabaya ia balik masuk TK. Ia harus belajar bahasa Indonesia.
Di SD dan SMP nilai Adi istimewa. Ia juga jadi ketua OSIS. Itulah modalnya untuk masuk SMA. Ia ingin masuk SMA yang sama: Frateran. Di belakang SMA Ta'miriyah milik NU.
BACA JUGA:Samsung Galaxy A56 5G Resmi Dijual di Indonesia, Harga Mulai Rp 6 Jutaan
BACA JUGA:Samsung Galaxy A Series Terbaru Hadirkan Fitur
Adi gagal ke SMA Frateran. Uang masuknya mahal. Orang tuanya sudah berjuang untuk dapat keringanan: keluarga dosen tidak punya uang sebanyak itu.