Fakta Penting Anemia Hemolitik, dari Gejala hingga Upaya Pencegahan

Ilustrasi Anemia Hemolitik -siloamhospital-

OKU EKSPRES COM - Anemia hemolitik adalah salah satu jenis anemia langka yang terjadi akibat gangguan autoimun. Pada kondisi ini, sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah merah dalam jumlah cukup, atau sel darah merah yang terbentuk tidak berfungsi optimal.

Sel darah merah memiliki peran penting untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika jumlahnya berkurang, pasokan oksigen menurun sehingga tubuh dapat terasa lemas, mudah lelah, atau sesak napas.

Normalnya, sel darah merah diproduksi di sumsum tulang—struktur seperti spons di dalam tulang—dan mampu bertahan sekitar 120 hari. Pada anemia hemolitik, sel darah merah hancur jauh lebih cepat dari masa hidup normalnya, bahkan bisa hanya beberapa hari.

Jenis anemia hemolitik yang bersifat bawaan umumnya tidak dapat dicegah, kecuali pada kondisi kekurangan enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD). Bagi yang memiliki defisiensi ini, pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari pemicu seperti kacang fava, naftalena pada kapur barus, serta obat-obatan tertentu sesuai anjuran dokter.

BACA JUGA:Gejala Anemia pada Lansia yang Sering Diabaikan dan Cara Mengatasinya

BACA JUGA:Anemia Zat Besi pada Si Kecil: Kenali Gejala dan Langkah Penanganannya

Sementara itu, beberapa bentuk anemia hemolitik bisa dihindari. Contohnya, anemia akibat reaksi transfusi darah dapat dicegah melalui pencocokan golongan darah secara tepat antara pendonor dan penerima.

Perawatan kehamilan yang baik juga membantu mencegah anemia hemolitik akibat ketidakcocokan faktor Rhesus (Rh) antara ibu dan janin. Kondisi ini terjadi jika ibu memiliki darah Rh-negatif dan bayi Rh-positif. Perbedaan faktor Rh dapat memicu anemia hemolitik pada janin maupun bayi baru lahir.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan