Cita-cita Maya: pabrik tempenyi itu akan menggunakan artificial intelligent (AI). Maya memang ambil computer science saat kuliah di Purdue University, Indiana.
BACA JUGA:Resep Asinan Mangga Muda, Camilan Pedas yang Bikin Ketagihan
BACA JUGA:Mitos atau Fakta, Apakah Air Es Bisa Bikin Gemuk?
Sang suami orang pedalaman Indiana. "Petani," kata Maya yang selalu merasa sebagai orang Bogor. Bapaknyi Sunda, ibunyi Sangihe.
Sang ayah pernah jadi kapolres Bogor. Sawah milik sang suami biasa-biasa saja luasnya: hampir 1000 hektare.
Maya mendapat penghargaan dari Pemda setempat. Pabrik tempenyi dianggap bisa menaikkan nilai tambah produk kedelai lokal.
Di kampung suaminyi itu mayoritas petani menanam kedelai. Nilai kedelai pasti naik kalau bisa jadi tempe. Maya pun dapat dana untuk pengembangan tempe.
BACA JUGA:Persoalan Aset Asrama Haji Bakal Rampung 2025
BACA JUGA:Resep Onde-Onde Pasar yang Bisa Dibuat di Rumah Dengan Sempurna
Maya juga sudah mematenkan proses pembuatan tempe di Amerika. Termasuk teknik memproses air kran agar memenuhi syarat sebagai air yang bisa dipakai untuk membuat tempe.
Sang suami menanam kedelai, Maya hilirisasi kedelai. "Tempe bisa untuk toping mie goreng Indomie," ujar Maya.
Itulah salah satu menu yang laris di resto "Mayasari" di Indiana.
Wanita Indonesia ternyata banyak juga yang pilih go global.(Dahlan Iskan)