"Jangan minggu depan. Saya masih mau urus anak saya dulu. Bagaimana kalau mulai bulan depan."
"Boleh."
"Berapa gajinya?”
"Mau kan USD 70 per jam?”
"Tidak bisa lebih tinggi?"
"Kita lihat dulu".
"Tapi dikontrak paling tidak satu tahun lho ya."
"Kok lama. Gak bisa tiga bulan saja?”
Terputus. Belum lagi pembicaraan selesai ada topik lain yang tiba-tiba harus dibicarakan.
BACA JUGA:Diduga terkait Pendanaan Pilkada
BACA JUGA:Bapanas Targetkan 6 Provinsi Gerakan Pangan Murah
Saya tahu Mel bukan wanita yang lagi menganggur. Dia sudah bekerja: juga di bidang IT. Tapi rupanya dia terus berusaha cari gaji yang lebih tinggi. Tawaran 70 dolar/jam (sekitar Rp 1 juta per jam) masih dia anggap kurang tinggi.
Itu pun Mel tidak mau lama-lama. Gaji Rp 1 juta/jam itu hanya batu loncatan. Meloncatnya pun cepat-cepat.
Kesan saya: betapa mudah cari pekerjaan di Amerika. Betapa ringan untuk memutuskan pindah kerja. Tidak ada perasaan khawatir apakah akan bisa dapat pekerjaan pengganti.
Setelah tiga hari di New York saya ke New Haven, Connecticut. Dua wanita ingin mengantar saya.
BACA JUGA:Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah Terjaring OTT KPK