Solusi Atasi Limbah Budidaya Ikan di Sungai Gerong

Permasalahan limbah budidaya ikan kerap menjadi tantangan besar bagi pembudidaya.-Istimewa-

OKUEKSPRES.COM - Permasalahan limbah budidaya ikan kerap menjadi tantangan besar bagi pembudidaya.

Sisa pakan dan feses ikan yang menumpuk di dasar kolam sering kali menyebabkan penurunan kualitas air, meningkatkan risiko penyakit, serta menimbulkan potensi eutrofikasi atau pencemaran perairan akibat kelebihan nutrien.

Di sisi lain, pembudidaya juga menghadapi tekanan ekonomi karena tingginya biaya pakan dan kebutuhan air segar yang terus meningkat.

Menjawab tantangan tersebut, Kilang Pertamina Plaju mengimplementasikan inovasi yang ramah lingkungan, yaitu Integrated Multi-Tropic Aquaculture (IMTA).

BACA JUGA:Cegah Pencemaran, DLH OKU Selatan Beri Perhatian Khusus Limbah Dapur MBG

BACA JUGA:Janji Bakal Panggil Pihak Perusahaan Pencemaran Limbah

Sistem ini merupakan metode budidaya perikanan berkelanjutan dengan pendekatan bio-treatment, yang mengedepankan prinsip ekonomi sirkular.

Sistem ini memanfaatkan limbah non-B3 dari kilang sebagai material IMTA untuk mengubah limbah menjadi sumber daya baru.

Dalam sistem IMTA, limbah nutrien ikan dari kolam utama berupa sisa pakan dan feses tidak lagi dibuang, melainkan disedot dan dialirkan ke media budidaya cacing sutera (Tubifex sp.).

Cacing ini berfungsi sebagai biofilter hidup, memakan bahan organik sekaligus menyaring air secara alami.

BACA JUGA:Tempurung Kelapa, Limbah yang Ternyata Punya Banyak Manfaat Menakjubkan

BACA JUGA:Sabut Kelapa, Limbah yang Ternyata Punya Banyak Manfaat Tak Terduga

Air hasil penyaringan kemudian dikembalikan ke kolam sebagai air resirkulasi, yang terbukti mampu menghemat penggunaan air hingga 60 meter kubik per tahun.

Selain menghasilkan air bersih yang dapat digunakan kembali, cacing sutera yang tumbuh dari proses ini juga memberikan nilai ekonomi tambahan sebagai pakan alami bernutrisi tinggi untuk benih ikan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan