Puluhan Tahun Menanti, Ribuan Warga di Murung Raya Akhirnya Nikmati Listrik PLN
Ribuan Warga di Murung Raya Akhirnya Nikmati Listrik PLN-Istimewa-
OKU EKSPRES.COM- Murung Raya, 25 Oktober 2025 — Selama puluhan tahun, malam di beberapa desa di Kabupaten Murung Raya hanya ditemani lampu minyak yang redup. Anak-anak belajar dengan mata perih, ibu-ibu memasak dengan kayu bakar, sementara pedagang kecil harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk mendapatkan es batu. Kabupaten Murung Raya saat itu menjadi daerah dengan Rasio Desa Berlistrik pada angka 40 persen, terendah Se-Kalimantan Tengah. Kini, semua itu menjadi cerita masa lalu.
Ribuan warga di 22 desa Kabupaten Murung Raya akhirnya menikmati terang listrik dari PLN selama 24 jam penuh. Melalui Program Listrik Desa (Lisdes), negara hadir membawa harapan baru bagi daerah yang sekian lama terjebak dalam kegelapan.
Prosesi penyalaan listrik pertama dipusatkan di Desa Hingan Tokung pada 10 September 2025. Sore itu, ketika lampu-lampu menyala untuk pertama kalinya, sorak gembira warga memecah keheningan. Bupati Murung Raya Heriyus Midel Yoseph, yang hadir meresmikan secara simbolis, tak kuasa menyembunyikan rasa harunya.
Atas nama Pemerintah Kabupaten Murung Raya, saya mengucapkan terima kasih kepada PLN UID Kalselteng (Unit Induk Distribusi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah) atas terealisasinya penyambungan listrik desa ini. Ini adalah mimpi panjang masyarakat yang akhirnya terwujud, ujar Heriyus.
BACA JUGA:PLN UP3 Lahat Laksanakan Program LUTD, Berikan Listrik Gratis untuk 30 Keluarga Prasejahtera
BACA JUGA:Sambut HLN Ke-80, PLN Berbagi Terang Untuk Masyarakat di Berbagai Daerah
Baginya, listrik bukan sekadar soal terang di malam hari, tetapi fondasi kemajuan yang akan mengubah wajah desa.
Dengan adanya listrik, aktivitas warga akan lebih mudah, anak-anak bisa belajar lebih nyaman, usaha kecil dapat berkembang, dan kualitas pendidikan meningkat. Inilah momentum yang harus kita manfaatkan bersama, tambahnya.
Manfaat listrik langsung terasa di rumah-rumah warga. Yensi, seorang ibu rumah tangga, masih mengingat betul bagaimana repotnya hidup tanpa listrik.
Sebelum ada listrik itu, kita pakai lampu tembok dari minyak solar. Masak pakai kayu bakar, anak-anak susah belajar karena lampu tembok itu redup sekali, kenangnya.
BACA JUGA:PLN Siaga Amankan Pasokan Listrik untuk Rangkaian HAPUA Meetings ke-41
BACA JUGA:PLN Dorong Interkoneksi ASEAN Power Grid untuk Akselerasi Transisi Energi Bersih
Kini, baginya listrik berarti hidup lebih ringan. Tak perlu lagi menyalakan api kayu bakar yang berasap, atau menenangkan anak-anak yang mengeluh karena cahaya yang terlalu remang.
Cerita serupa datang dari Cikmet Dopensi, pedagang kecil yang kini bisa menyimpan ikan dan membuat es sendiri di warungnya.