BACA JUGA:MANFAAT DAUN UNGU BAGI KESEHATAN
BACA JUGA:Demi Memajukan Desa, Rela Hibahkan Tanah untuk Bangun Jalan
Konsumsi obat antidepresan
Penggunaan obat antidepresan dapat berhubungan dengan gejala obesitas, termasuk munculnya double chin. Beberapa jenis penyakit dan pengobatan yang terkait dapat meningkatkan risiko obesitas, dan obat antidepresan sering kali diresepkan oleh dokter kepada pasien yang mengalami depresi.
Faktanya, hampir semua jenis obat antidepresan dapat menyebabkan efek samping berupa kenaikan berat badan. Namun, efek samping ini tidak dialami oleh semua pengguna dan sering terjadi secara tidak langsung.
Berbagai faktor dapat memicu peningkatan berat badan selama terapi antidepresan, antara lain:
Makan berlebihan atau jarang berolahraga akibat depresi.
Kenaikan berat badan akibat faktor usia.
BACA JUGA:Jelang Pilkada, Rutin Kunjungi Dusun dan Talang
BACA JUGA:Pendaftar Calon KPPS Lampaui Target
Kedua faktor ini dapat berkontribusi pada penumpukan lemak di berbagai bagian tubuh, termasuk dagu.
Hormon leptin tidak bekerja
Hormon pada penyandang obesitas sering kali memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, termasuk hormon leptin. Leptin adalah hormon yang diproduksi oleh sel lemak di jaringan adiposa dan berfungsi mengirimkan sinyal ke hipotalamus di otak untuk mengatur asupan makanan dan pengeluaran energi.
Dalam kondisi normal, sel lemak yang berlebih memproduksi leptin, yang kemudian membantu menurunkan nafsu makan. Namun, pada penyandang obesitas, kadar leptin dalam darah bisa terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan resistensi leptin, yaitu penurunan kepekaan tubuh terhadap hormon tersebut, yang membuat individu terus merasa lapar dan cenderung makan berlebihan. Kondisi ini sering dialami oleh penyandang obesitas dan dapat berkontribusi pada munculnya double chin.
Faktor genetik
Faktor genetik memiliki hubungan yang erat dengan munculnya double chin, terutama terkait dengan penyebab obesitas. Anak-anak yang memiliki orangtua yang mengalami kegemukan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami obesitas dan memiliki dagu berlipat. Selain itu, faktor genetik juga memengaruhi elastisitas kulit, sehingga bentuk dagu yang dimiliki orangtua dapat diturunkan kepada anak-anak mereka.