JAKARTA - Indonesia mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut sejak Mei 2024. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat deflasi tercatat sebesar 0,03 persen (month-to-month) pada Agustus 2024.
Penurunan harga ini terutama terlihat pada sejumlah komoditas pangan di pasar tradisional.
Di Pasar Reni Jaya, beberapa komoditas pangan mengalami penurunan harga yang signifikan. Salah satu contohnya adalah harga cabai merah keriting, yang sebelumnya mencapai Rp 46.000 per kilogram, kini turun menjadi Rp 40.000 per kilogram.
Penurunan ini disambut baik oleh para pedagang, meski ada kekhawatiran terkait dampaknya pada pendapatan.
BACA JUGA:Puncak Bogor Macet Parah
BACA JUGA:Kementan Impor 100 Ribu Ekor Sapi Perah dari Brasil
Aisya, salah satu pedagang, mengakui bahwa penjualan meningkat dengan turunnya harga, tetapi ia berharap harga pangan tidak turun lebih jauh lagi.
"Kalau harganya turun terus, pembeli memang meningkat, tapi pendapatannya gimana? Itu yang bikin khawatir," ungkapnya.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, deflasi ini dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas pangan yang bergejolak (volatile food).
BACA JUGA:Bank Indonesia Buat Lembaga Baru Pengelola Pasar Uang dan Valuta
BACA JUGA:Sosialisasikan Program Makan Gratis, Kominfo Siapkan Anggaran Rp 15 Miliar
Ia menekankan bahwa penurunan harga pangan ini adalah hasil dari upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga, bukan akibat pelemahan daya beli masyarakat.
"Kalau deflasinya berasal dari harga pangan, berarti itu upaya Pemerintah untuk menurunkan harga," jelas Sri Mulyani dalam keterangannya pada 2 September 2024.
Penurunan harga pangan ini memberikan dampak positif bagi konsumen, meskipun di sisi lain pedagang berharap harga tetap stabil untuk menjaga keseimbangan pendapatan mereka. (*/res)