Selesai kalah Pilkada, Illiza nyalon legislatif: terpilih. Jadilah Illiza anggota DPR pusat.
Di Pileg 2024 dia nyalon lagi: terpilih lagi. Tapi Illiza tidak bisa dilantik. Partainya, PPP, tidak lolos ke Senayan. Kursinya hilang begitu saja.
Gagal kembali ke Senayan, Illiza maju jadi calon wali kota. Dia ingin mengembalikan Adipura ke Banda Aceh. Kali ini dia ''dikepung'' tiga pasangan. Illiza dapat lebih 40 persen suara. Sisanya dibagi tiga calon lainnya.
Tidak hanya Adipura yang ingin dia kembalikan. "Saya ingin Banda Aceh jadi contoh dunia," ujarnya. Yakni jadi kota yang dikelola secara syariah tetap bisa mengejar modernitas.
BACA JUGA:Diroasting
BACA JUGA:Megawati Pasang Badan, Hasto Kristiyanto Jadi Tersangka
"Hukum syariah jangan sampai membuat kota jadi kolot dan ketinggalan zaman," katanya.
Illiza menamatkan SMA di Al Azhar Jakarta. Lalu kuliah ekonomi di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh.
Punya ijazah S-1 ekonomi, dia kuliah lagi. S-1 lagi. Kali itu di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh. Dia ambil jurusan bahasa Arab.
Illiza pun menjadi wali kota yang bicara Inggrisnya sama baiknya dengan bahasa Arabnya.
Maka di seminar internasional memperingati 20 tahun tsunami kemarin dia bergaul dengan pede di tengah tamu-tamu dari Turkiye, Maroko, Jepang, Singapura, dan Malaysia.
BACA JUGA:ATR/BPN dan Pertamina Sinergi Wujudkan Swasembada Energi
BACA JUGA:Gunung Semeru Kembali Erupsi
Illiza juga rendah hati. Dia mengaku sangat mengagumi wali kota Surabaya, Bu Risma. Dia tidak ingin kalah dengan Bu Risma. Dia tahu di mana letak keunggulan Bu Risma: ngotot, konsisten, dan fokus.
Dalam lima tahun ke depan, Illiza harus bisa mewujudkan semua itu di Banda Aceh. Dia tidak boleh lagi maju di Pilkada yang akan datang. Dia dianggap sudah dua periode menjabat wali kota.
"Saya akan banyak pasang kamera di tempat umum," katanya. Terutama di lokasi yang biasa untuk pacaran. "Berduaan boleh tapi tidak boleh melebihi batas," katanya.