Militer AS Mengadopsi Kontroler Xbox untuk Sistem Canggih

Militer Amerika Serikat semakin mengintegrasikan kontroler bergaya Xbox. -Foto US Air Force / Flickr-Agrar
OKU EKSPRES - Militer Amerika Serikat semakin mengintegrasikan kontroler bergaya Xbox untuk mengoperasikan berbagai sistem canggih, termasuk robot dan persenjataan.
Salah satu sistem terbaru yang menggunakan kontroler semacam ini adalah Navy/Marine Expeditionary Ship Interdiction System (NMESIS).
Sistem anti-kapal berbasis darat pertama milik Korps Marinir ini dioperasikan menggunakan kontroler yang menyerupai perangkat gaming komersial.
Penggunaan kontroler video game sebenarnya bukan hal baru dalam dunia militer.
BACA JUGA:Proyek Kebangkitan Mammoth Berbulu, Upaya Menghidupkan Hewan Purba yang Telah Punah
BACA JUGA:Beraksi di OKU Timur, 5 Terduga Perampok Asal OKU Ditangkap
Pada 2017, Angkatan Laut AS mulai menggunakan kontroler Xbox 360 untuk mengoperasikan mast fotonik pengganti modern untuk periskop pada kapal selam kelas Virginia. Langkah ini diambil untuk menggantikan sistem kendali khusus yang dinilai rumit dan mahal.
Dalam dekade terakhir, Angkatan Darat dan Korps Marinir telah memanfaatkan kontroler Xbox untuk mengoperasikan kendaraan kecil tanpa awak.
Salah satu perangkat terbaru, Freedom of Movement Control Unit (FMCU), juga dirancang dengan desain menyerupai kontroler gaming, menekankan efisiensi ergonomis dan kemudahan penggunaan.
Penggunaan kontroler Xbox memberikan beberapa keuntungan signifikan. Banyak personel militer yang sudah terbiasa dengan perangkat ini melalui pengalaman bermain video game, sehingga masa pelatihan dapat dipersingkat.
BACA JUGA:Temukan Senjata Personel Tak Penuhi Kriteria
BACA JUGA:Wujudkan Desa Bersih Narkoba, BNNK OKU Timur Bentuk 27 Desa Bersinar
Selain itu, perangkat komersial seperti kontroler Xbox jauh lebih terjangkau dibandingkan dengan sistem kendali khusus buatan militer.
Namun, tren ini juga menimbulkan diskusi budaya. Beberapa pihak khawatir penggunaan teknologi gaming dapat menciptakan jarak emosional terhadap konsekuensi serius dari operasi militer, seolah-olah perang menjadi bagian dari "permainan."