Roma, Italia – OKU EKSPRES - Di tengah hiruk-pikuk kota Roma yang modern, berdiri sebuah bangunan megah yang telah bertahan hampir 2.000 tahun, yakni Pantheon.
Dilansir dari smithsonianmag, Pantheon dibangun pada tahun 126 Masehi di bawah kekuasaan Kaisar Hadrianus, Pantheon menjadi saksi keajaiban arsitektur kuno yang hingga kini tetap kokoh, sebagian besar berkat keunikan beton kuno yang digunakan oleh bangsa Romawi.
Inilah kisah bagaimana struktur luar biasa ini mampu melawan waktu dan tetap memukau hingga sekarang.
Pantheon terkenal dengan kubah beton terbesar tanpa tulangan di dunia, berdiameter 43 meter. Interiornya dihiasi dengan langit-langit yang berbentuk kotak-kotak serta oculus, lubang besar di tengah kubah yang memungkinkan cahaya matahari masuk, memberikan efek pencahayaan yang menawan.
BACA JUGA:Bocoran Terbaru Chip Tensor Google
BACA JUGA:Hal yang Harus Kalian Ketahui Tentang Xiaomi Smart Band 9 Pro
Tidak hanya desainnya yang memukau, namun teknik konstruksi dan bahan yang digunakan turut menjadikan bangunan ini begitu awet.
Beton Romawi yang digunakan pada Pantheon terbuat dari bahan-bahan khusus yang memperpanjang daya tahannya.
Salah satu bahan utama yang digunakan adalah abu vulkanik jenis pozzolana, yang diambil dari Teluk Pozzuoli.
Abu vulkanik ini dicampur dengan kapur untuk menghasilkan bahan pengikat yang sangat kuat, sehingga beton dapat tetap utuh selama berabad-abad.
BACA JUGA:Lidia Rasakan Manfaat Jaringan Luas ATM BRI Hingga ke Tengah Perkebunan Sawit di Seluma
BACA JUGA:Tiga Kali jadi Debitur KUR BRI sangat Membantu Usaha Angsuran Terjangkau
Penelitian terbaru menemukan bahwa beton Pantheon mengandung butiran kecil berwarna putih yang disebut lime clasts, atau sisa kapur.
Ketika terjadi keretakan kecil pada beton, lime clasts ini bereaksi dengan air dan membentuk kalsium karbonat yang mengisi celah tersebut, membuat beton memiliki kemampuan “menyembuhkan diri” dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Selain itu, variasi agregat dalam campuran beton Pantheon juga berperan penting.