Menurutnya, komitmen sektor industri dalam mendukung dekarbonisasi di Indonesia mendorong PLN untuk menyediakan listrik hijau yang diakui internasional melalui REC.
BACA JUGA:Asap Membumbung Tinggi di DPRD OKI
BACA JUGA:Diduga Sempat Selipkan Ganja di Celana, Seorang Wiraswasta Ditangkap Polisi
"Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik yang digunakan per megawatt hour (MWh) bersumber dari pembangkit EBT," kata Darmawan.
Per September 2024, layanan REC PLN telah memiliki lebih dari 9.776 transaksi dengan penjualan mencapai 4,01 juta MWh.
Meningkat signifikan dibanding periode yang sama tahun 2023 yang mencatatkan 2.554 transaksi dan 2,33 juta MWh. Pertumbuhan ini mencerminkan komitmen PLN terhadap transisi energi hijau.
Darmawan menambahkan, PLN akan terus meningkatkan kapasitas energi bersih untuk memenuhi permintaan industri yang semakin tinggi.
BACA JUGA:Ajak Siswa Makan Siang Bergizi
BACA JUGA:Tegak Lurus
“Kami telah menambah dua pembangkit baru sebagai sumber REC, sehingga kini PLN memiliki delapan pembangkit yang dapat menghasilkan.
REC dengan kapasitas mencapai 4,7 juta unit per tahun,” ujarnya.
Dua pembangkit baru tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu di Nusa Tenggara Timur dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Orya Genyem di Papua.
Keduanya bergabung dengan enam pembangkit lain yang selama ini menyuplai listrik hijau REC, yaitu PLTP Ulubelu, PLTA Cirata, PLTP Kamojang, PLTM Lambur, PLTA Bakaru, dan PLTP Lahendong.
BACA JUGA:Bocah Disodomi Teman Ngamen
BACA JUGA:Badan Bank Tanah Diharap Mampu Wujudkan Pemerataan Ekonomi dan Ketahanan Pangan