Hilirisasi Rudi

Sabtu 24 Feb 2024 - 22:00 WIB
Reporter : Gus munir
Editor : Gus munir

BACA JUGA:Vincent Berharap Kasus Anaknya Selesai dengan Cara Kekeluargaan

Harga porang jatuh. Tinggal Rp 2.500/kg. Kalau toh sempat naik lagi hanya sampai Rp 3.000/kg. Harga tinggi tidak pernah datang lagi.

Banyak petani yang kapok menanam porang. Apalagi yang lahannya subur. Rugi besar. Sejak awal sebenarnya sudah dibilang: jangan menanam porang di lahan subur; tanamlah porang di lahan gersang; sejelek-jelek harga porang masih lumayan –dibanding tidak ditanami apa-apa.

Rudi punya logika lebih jelas: kalau usaha porang jelek mengapa pabrik porang milik pengusaha besar bertambah besar.

Hilirisasi''.

Porang pun seperti nikel: perlu hilirisasi. Porang memang tidak masuk program hilirisasi di debat capres tapi masuk dalam pikiran orang Sine bernama Rudi.

BACA JUGA:Ria Ricis Izin Ryan Bawa Anak Liburan ke Jepang

BACA JUGA:Buru Gelar ke Sepuluh dan Persembahan Terakhir Klopp

Hanya saja tidak ada modal''.

Hilirisasi apa pun perlu modal besar –bahkan modal asing. Rudi tidak punya modal besar. Tapi tidak kehilangan akal. Ia menemukan hilirisasi porang gaya Sine: hilirisaai bertahap.

Rudi pun berdiskusi dengan teman spiritualnya: Ustad Mansur Shodiq. Dari Blitar. Alumnus pondok Gontor, Ponorogo. Juga alumni Yanbu-ul Quran, Kudus. 

Mereka mendirikan De Porang. Singkatan dari Dewan Porang Pesantren Indonesia. Itu di bawah APIK (Asosiasi Pesantren Indonesia Kreatif). Ustad Mansur yang jadi ketua. 

Di situ ada Koperasi Produsen Nasional Tani Santri Mandiri Indonesia.

Maka di Sine dibuat pabrik porang sederhana. Baru untuk tahap awal dari keseluruhan hilirisasi porang. Yakni masih sebatas pabrik pencuci, pembuat cip, pengering cip, dan pembuat tepung.

BACA JUGA:Keluarga Neymar Bantu Alves Rp 2,4 Miliar

BACA JUGA:Sumsel Kekurangan Ribuan Tenaga Guru

Kategori :

Terkait

Senin 25 Nov 2024 - 20:34 WIB

Mampir Guyon