- Data deformasi memperlihatkan bahwa tubuh gunungapi mengalami inflasi dengan sumber tekanan berlokasi dangkal, yang berkorelasi dengan terus terjadinya perpindahan tekanan dari dalam tubuh gunungapi ke permukaan bersamaan dengan keluarnya material saat terjadi erupsi dan hembusan.
- Emisi SO2 dan anomali thermal relatif mengalami penurunan sejak Januari 2024.
BACA JUGA:836 Rumah Terendam Banjir, Kerugian Capai Rp 3,94 miliar
BACA JUGA:Harga Beras di OKU Tembus Rp 16 Ribu
- Potensi bahaya dari meningkatya tekanan dan perubahan karakteristik erupsi Gunung Api Semeru ini adalah terjadinya peningkatan gempa guguran yang dapat memic terjadinya awan panas guguran.
Gunungapi Semeru, berlokasi di Kab. Lumajang dan Malang, Jawa Timur, mempunyai kawah aktif Jonggring-Seloko di sisi tenggara Puncak Mahameru.
Erupsi G. Semeru umumnya erupsi abu bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3-4 kali setiap jam.
Letusan tipe vulkanian dicirikan dengan letusan eksplosif yang kadang-kadang menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk.
BACA JUGA:Saling Sepak
BACA JUGA:Pleno Rekapitulasi Tingkat Kecamatan Digelar Serentak
Selanjutnya terjadi letusan bertipe strombolian yang biasanya diikuti dengan pembentukan kubah dan lidah lava baru.
Pada saat terjadi erupsi eksplosif biasanya diikuti oleh terjadinya aliran awan panas yang mengalir ke lembah-lembah yang lebih rendah dan arah alirannya sesuai dengan bukaan kawah dan lembah-lembah di G. Semeru.(*)
BACA JUGA:Masih Terdapat 60 Desa Kategori Desa Tertinggal
BACA JUGA:Sungai Teriti Meluap, Rumah Warga Terendam 1 Meter