Oleh: Dahlan Iskan
Belakangan ini saya lebih boros pulsa. Kuota cepat habis. Tiga minggu di Tiongkok uang beli pulsa bisa lebih banyak dari beli 喜茶.
Yang terbanyak menghabiskan pulsa saya adalah Dr Roy Suryo dan Dr Rismon Sianipar. Saya tidak ingin ketinggalan apa yang dua orang itu bahas di YouTube.
Itu karena saya harus bisa menjawab semua pertanyaan teman saya di Tiongkok: soal ijazah Presiden Jokowi. Palsu atau tidak.
Mereka ternyata mengikuti perkembangan ijasah itu: lewat pemberitaan dalam bahasa Mandarin. Mereka ingin tahu lebih banyak.
BACA JUGA:Manchester City Incar Kakak Pemain Timnas Indonesia
BACA JUGA:Cristiano Ronaldo Jr Jadi Rebutan 16 Klub Top Eropa
Tentu saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Yang tahu hanya satu orang: Jokowi", kata saya. Atau maksimal empat orang: dua dari keluarga dekat Jokowi, satu dari Universitas Gadjah Mada, satu lagi salah satu sahabat lama Jokowi.
Atau masih ada lagi?
Masalah ini menjadi heboh karena Anda sudah tahu: yang paling tahu itu tidak mau tahu. Jokowi bilang, secara hukum bukan tugasnya untuk membuktikan bahwa ijazahnya asli. Tugas yang mempersoalkanlah untuk mengajukan bukti bahwa ijazahnya palsu.
Jokowi keras sekali dalam sikapnya itu. Banyak yang heran mengapa begitu keras. Padahal begitu ia memperlihatkan, dan ternyata asli, persoalan pun selesai.
Apakah sikap keras itu tergolong budaya "umuk Solo"?
Saya pernah ikuti ceramah di video Bambang Pacul, tokoh PDI-Perjuangan Jawa Tengah. Ia membahas soal budaya yang disebut "umuk Solo".
BACA JUGA:Jeje Dukung Kebijakan Anak Dianggap Nakal Dimasukan ke Barak Militer