Tawaduk Thinking
Membahas critical thinking bersama Prof Djodji Anwar di lab teknik mesin di UC Berkeley ditemani Ari Sufiati. -Foto: Disway-Gus munir
Ternyata Indonesia Emas 2045 perlu disiapkan sejak dari masalah esai. Mumpung masih 20 tahun lagi.
Diskusi di meja makan ini jadi lebih panjang. Sajian soto Lamongan, dengan isi bihun, sudah habis. Perlu tambah nasi putih, rendang, tahu sayur, dan kerupuk udang. Ups... tidak. Saya tidak makan kerupuk.
Saya puji juru masak di Wisma Indonesia. Terutama karena ia, orang Manado, bisa bikin soto Lamongan dan rendang yang enak. Alangkah sedapnya kalau ia bikin woku dan dabu-dabu.
BACA JUGA:Cegah Terlibat Judi Online, Wakapolres Razia Ponsel Anggota
BACA JUGA:Gelar pasar Murah, Bantu Masyarakat Penuhi Kebutuhan Dasar
Kelemahan dalam membuat esai kelihatannya sepele. Tidak menyangkut ilmu dasar pilihan akademisnya. Tapi mereka yang pintar-pintar itu toh gagal di esai dalam tes masuk UC Berkeley.
Padahal mereka sudah dilatih khusus untuk membuat esai. Satu bulan penuh. Menjelang tes masuk. Toh gagal.
Diskusi kian menarik. Mengapa kegagalan itu terjadi. Ketemulah penyebab di hulunya. Anda pun sudah tahu penyebab di hulunya itu: tidak dimilikinya critical thinking.
Anda bisa tidak setuju. Anda bisa bilang penyebabnya bukan itu. Sayangnya Anda tidak terlibat dalam diskusi sehingga tidak terekam di sini.
BACA JUGA:4 Cara Ampuh Mengelola Uang Agar Tak Kehabisan Sebelum Gajian
BACA JUGA:6 Langkah Jitu agar Tetap Fit dan Terhindar dari Penyakit di Musim Hujan
Kalau benar penyebabnya ketiadaan critical thinking maka alangkah sulitnya mengatasinya. Tidak bisa dengan ''pendidikan singkat satu bulan''. Pun tiga bulan.
Di Amerika critical thinking itu sudah menjadi bagian dari pendidikan. Sejak SD. Critical thinking bukan dianggap kemasan. Yang bisa dibungkuskan belakangan --dengan dicarikan bungkus plastik, kertas bekas atau daun pisang.
Gejala ketiadaan critical thinking itu bisa terlihat di kelas: begitu sedikit siswa yang berani bertanya kepada guru. Dan guru begitu pelit memberikan rangsangan kepada siswa untuk berani bertanya.
Ini juga disinggung saat kami diskusi dengan Prof Dr Djodji Anwar di lab teknik mesin di UC Berkeley. Ia pernah diundang mengajar di kelas sekolah Indonesia. Ia melihat gejala itu.