Tawaduk Thinking

Membahas critical thinking bersama Prof Djodji Anwar di lab teknik mesin di UC Berkeley ditemani Ari Sufiati. -Foto: Disway-Gus munir

BACA JUGA:Tips Makeup Tetap Menonjol Meski Pakai Kacamata

BACA JUGA:Imbau Suporter Jepang dan Arab Saudi Tak Takut Datang ke SUGBK

"Kalau kelas lagi ribut dengan siswa yang bicara antar mereka sendiri gampang membuat mereka diam. Ajukan permintaan: siapa yang mau bertanya? Kelas akan kembali sunyi. Semua diam. Tidak ada yang berani bicara, takut dikira akan bertanya," ujar Anwar.

Siapa Djodji Anwar Anda bisa lihat Disway 6 November 2024: Anwar Berkeley.

Prof Dr Sutiman di Universitas Brawijaya Malang, juga sama. Doktor nano biologi dari Jepang itu sampai punya cara sendiri untuk membuat mahasiswanya berani bertanya: bertanya apa pun nilai akhir semesternya ditambah.

Tetap langka. Ada, tapi langka. Sudah telanjur tidak diciptakan iklim critical thinking sejak SD, SMP dan SMA.

BACA JUGA:Sah Jadi WNI, Kevin Diks Siap Tempur Lawan Jepang dan Arab Saudi

BACA JUGA:Kalahkan Tuan Rumah, Dejan- Gloria Melaju ke Final

Makanan sudah habis. Diskusi masih berlanjut. Masih ada buah semangka. Juga kopi dan teh.

Adakah semua itu akibat budaya timur? Sopan? Santun? Sungkan? Rendah hati? Tepo seliro? Ningrat? Feodal? Tawaduk?

Benar! Pasti ada hubungannya.

Salah! Jepang kok bisa. Juga Korea.

Diskusi pun menukik lebih dalam lagi. Sampai ke soal hidup sesudah mati. Sampai surat Al Baqarah dalam Alquran. Kang Deden banyak hafal ayat-ayatnya.

Di situ ustaz mengajarkan banyak bertanya itu tercela. Seperti cerewet. Dianggap buruk seperti Israel. Diperintah sembelih sapi saja masih bertanya. Sapinya jantan atau betina. Apa warna kulitnya.

BACA JUGA:Aktor Amerika Serikat, Tony Todd Dikabarkan Meninggal Dunia

Tag
Share