Seribu Zaytun
TEKS: Dahlan Iskan ketika datang menjadi pembicara di Ponpes Al Zaytun Indramayu.-Foto: Disway-Gus munir
Panji Gumilang merasa gundah dengan pertumbuhan penduduk itu. Berarti 100 tahun lagi penduduk Indonesia bisa mencapai 700 juta.
Yang ia gundahkan adalah: bagaimana mencukupi pangan mereka.
BACA JUGA:Atasi Anak Flu dengan Bawang Merah
BACA JUGA:Krisis Infrastruktur di Banyuasin
Saya tidak punya kesempatan diskusi panjang. Saya merasa tidak sopan kalau terus berbincang dengannya –di depan ribuan orang yang sedang membaca Al-Qur’an.
Semua yang hadir di depan kami memang terlihat membuka Qur’an dan membacanya dengan suara lirih. Terdengarlah dengung seperti suara ribuan kumbang lagi terbang bersamaan di dalam masjid.
Acara itu dimulai dengan bacaan "bismillah" bersama. Lalu, menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tiga stanza.
Di Al Zaytun lagu kebangsaan Indonesia harus selalu dinyanyikan lengkap tiga stanza. Itulah lagu Indonesia Raya yang asli. Bukan satu stanza seperti yang umumnya kita nyanyikan sekarang.
BACA JUGA:12 Warga Sumsel Gugat Korporasi
BACA JUGA:Periksa Saksi dalam Kasus Penjualan Aset Pemprov Sumsel
Dirigen lagu kebangsaan itu seorang Tionghoa. Pakai baju putih. Berjas. Dasi merah. Berkopiah. Berkaus tangan putih. Namanya: Tan Tjuan Hong.
Bebarapa orang Tionghoa memang hadir di barisan depan. Juga banyak pendeta. Salah satunya Pendeta Robin Simanullang, penulis buku Al Zaytun.
Setelah itu, disusul pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Oleh seorang santri laki-laki. Saya lupa namanya.
Yang tampil berpidato mewakili Al Zaytun adalah Dr Datuk Sir Imam Prawoto, KRSS, SE, MBA, CRBC. Begitu gelarnya. Ia ketua Yayasan Pesantren Indonesia –yang menaungi Al Zaytun.
BACA JUGA:6 artis maju ke Pilkada 2024