Baju Gelap

Presiden Donald Trump menerima kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih, Washington D.C., 18 Agustus 2025. -Pool-AFP-
Baju yang luar biasa kali ini membawa suasana yang juga luar biasa: Trump tidak lagi merendahkannya. Tidak mem-bully-nya. Tidak menghinanya di depan kamera.
Mungkin karena kali ini Zelenskyy sudah dianggap lebih sopan. Atau karena Zelenskyy mengawali pertemuan itu dengan menyerahkan sesuatu: surat dari istrinya yang cantik untuk Trump. Itu surat seorang ibu yang iba atas penderitaan anak-anak di masa perang.
Kalau toh Trump sedikit "mem-bully'' Zelenskyy itu disampaikan dengan setengah humor. "Oh.. kalau sedang perang boleh tidak perlu ada pemilu," seloroh Trump.
BACA JUGA:Disway Gratis
Seloroh tapi serius. Trump seperti meragukan legitimasi kepresidenan Zelenskyy –karena sudah melewati masa jabatan 1,5 tahun lalu. Zelenskyy mencoba klarifikasi bahwa konstitusi Ukraina membolehkan ditiadakannya pemilu kalau sedang dalam suasana perang. Lalu Trump menyela dengan celetukan kalimat yang dimulai dengan "Oh...." tadi.
Meski dialog di depan kamera tidak lagi menghinakan Zelenskyy tapi juga tidak menunjukkan dukungan apa-apa pada Ukraina. Terasa netral-netral saja.
Trump juga tidak terasa menekan Zelenskyy untuk menerima begitu saja keinginan Presiden Putin.
Keinginan Putin itu disampaikan ke Trump saat mereka berdua bertemu di Alaska 15 Agustus lalu.
BACA JUGA:Disway Malang
BACA JUGA:Event Disway Mancing 2024, Wartawan TVRI Raih Juara 1
Dua yang diinginkan Putin: Ukraina menarik diri dari provinsi Donbas. Provinsi ini praktis dikuasai Rusia –setidaknya sudah 2/3-nya. Donbas adalah provinsi kaya akan batu bara. Maka kaya juga dengan industri dasar seperti baja. Sudah banyak industri turunannya.
Rusia menguasai Donbas sebagai dukungan keinginan rakyat setempat untuk memisahkan diri dari Ukraina. Keinginan lain Putin adalah: Ukraina mundur dari permohonan menjadi anggota NATO.
Trump dilaporkan cenderung menyetujui keinginan Rusia itu. Memang, gara-gara Ukraina ingin bergabung ke NATO Rusia merasa tidak aman. Ia merasa Ukraina mengkhianati kesepakatan saat sama-sama berpisah dari Uni Soviet.
Tapi para pemimpin Eropa –termasuk Inggris– terlihat keberatan dengan rumusan itu. Para pemimpin Eropa yang mendampingi Zelenskyy bertemu Trump tanggal 18 Agustus tidak sedikit pun memihak Rusia.