Anemia Aplastik vs Anemia Hemolitik: Kenali Perbedaannya Sebelum Terlambat

Ilustrasi Anemia Aplastik vs Anemia Hemolitik -halodoc-
Anemia aplastik menunjukkan gejala sesuai jenis sel darah yang kadarnya rendah:
BACA JUGA:Mengenal Anemia Aplastik, Saat Tubuh Kehilangan Kemampuan Membuat Darah
BACA JUGA:Anemia Bisa Jadi Sinyal Awal Kanker Usus Besar, Waspadai Gejalanya!
Rendahnya sel darah merah: mudah lelah, sesak napas, pusing, sakit kepala, detak jantung cepat/tidak teratur, nyeri dada, dan pucat.
Rendahnya sel darah putih: sering demam dan mudah terkena infeksi.
Rendahnya trombosit: gusi berdarah, mimisan, memar tanpa sebab, ruam kulit, dan perdarahan sulit berhenti.
Anemia hemolitik umumnya ditandai dengan:
Kulit dan mata menguning, urine gelap, jantung berdebar cepat, pucat, kelelahan, pusing, demam, serta pembesaran limpa atau hati.
Mana yang Lebih Berbahaya?
Anemia aplastik dianggap lebih serius karena kerusakan sumsum tulang dapat mengganggu produksi semua jenis sel darah. Penyebabnya meliputi gangguan autoimun, infeksi virus, paparan radiasi atau bahan kimia, hingga faktor kehamilan.
BACA JUGA:Mengintip Hubungan Anemia Megaloblastik dengan Risiko Kanker Lambung
BACA JUGA:Waspadai Anemia Saat Hamil: Ancaman Serius Bagi Ibu dan Janin
Sementara itu, anemia hemolitik juga berpotensi fatal, terutama jika terjadi akibat kesalahan transfusi darah. Ketidakcocokan golongan darah bisa membuat antibodi menyerang sel darah merah pendonor, menyebabkan kerusakan darah secara masif di tubuh penerima.
Langkah Pencegahan
Cuci tangan dengan sabun antiseptik untuk menghindari infeksi virus atau bakteri.