Harga Pinang Anjlok, Petani di OKU Selatan Enggan Panen dan Biarkan Buah Berserakan

Lantaran harga anjlok, petani pinang di OKU Selatan enggan memanen dan membiarkan buah berserakan-Hamdal/HOS-
OKU EKSPRES.COM - Anjloknya harga pinang membuat para petani memilih untuk tidak lagi memanen atau mengupas hasil kebunnya.
Banyak buah pinang dibiarkan jatuh dan membusuk di bawah pohon karena dianggap tidak sebanding dengan usaha yang diperlukan.
Harga pinang saat ini di tingkat pengepul hanya mencapai Rp 3.000 per kilogram. Nilai tersebut dinilai jauh di bawah biaya perawatan dan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh para petani.
Nang, seorang pengepul hasil perkebunan dari Desa Pendagan, Kecamatan Muaradua, menyebutkan bahwa pinang dulu sempat menjadi primadona di kalangan petani.
BACA JUGA:Harga Pinang Naik, Pedagang Kesulitan Dapat Pasokan
BACA JUGA:Anggota KPPS Terpaksa Panjat Pohon Pinang Untuk Dapatkan Sinyal
“Dulu, harga pinang bisa tembus Rp 10.000 per kilogram di tangan petani. Tapi sekarang, cuma Rp 3.000 untuk pinang bulat dan Rp 3.500 untuk yang sudah dibelah. Bahkan di tahun 2023, harganya sempat jatuh sampai Rp 1.000,” jelasnya pada Kamis, 19 Juni 2025.
Ia menuturkan, saat harga masih tinggi, petani di desanya sangat antusias menanam pinang, bahkan memanfaatkannya sebagai tanaman sela di antara kopi.
Namun kini, banyak yang memilih berhenti menjual hasil panen karena nilai jual yang tak menguntungkan.
“Saya sendiri menanam pinang hanya di pinggiran kebun kopi. Jadi saat harga jatuh, kerugian tidak terlalu besar, hanya pemasukan saja yang berkurang,” kata JM, warga Desa Pendagan.
BACA JUGA:Harga Pinang Naik, Pedagang Kesulitan Dapat Pasokan
BACA JUGA:Manfaat Buah Pinang Muda untuk Pria
Para petani berharap harga pinang bisa kembali membaik, mengingat komoditas ini memiliki banyak manfaat dan sebelumnya menjadi sumber penghasilan utama mereka. (*)