6 Makanan yang Picu Sembelit pada Bayi

Reporter: Gus Munir |

Editor: Eris Munandar |

Kamis , 19 Jun 2025 - 18:02

Ilustrasi anak mengalami sembelit. -Foto: ciputrahospitals.com-Gus munir

6 makanan yang picu sembelit pada bayi                            oku ekspres - susah buang air besar atau sembelit merupakan salah satu gangguan pencernaan yang sering dialami oleh bayi. 
umumnya, kondisi ini ditandai dengan frekuensi bab bayi yang kurang dari tiga kali dalam seminggu. akibatnya, bayi bisa merasa tidak nyaman dan menjadi lebih rewel dari biasanya.
sembelit pada bayi dapat dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya berasal dari jenis makanan yang dikonsumsi. 
tanpa disadari, ada beberapa makanan yang sering diberikan kepada bayi namun justru memicu sembelit.
baca juga:9 pemicu kanker serviks yang perlu diwaspadai sejak dini
baca juga:kanker rahim di usia muda: penyebab, gejala, dan peluang sembuh
berikut adalah beberapa makanan yang dapat menyebabkan sembelit pada bayi:
roti putih
sebagai camilan atau finger food, roti putih kerap diberikan kepada bayi karena teksturnya yang lembut. 
namun, jenis roti ini mengandung tepung olahan dengan kadar serat yang sangat rendah. rendahnya serat dalam roti putih bisa memperlambat kerja usus bayi, sehingga memicu sembelit. 
disarankan untuk mengganti roti putih dengan roti gandum yang lebih kaya serat agar pencernaan bayi tetap lancar.
baca juga:penting! ini gejala kanker serviks berdasarkan stadiumnya
baca juga:kenali tanda kanker serviks stadium lanjut: jangan anggap sepele gejala ini!
produk susu
susu, keju, yogurt, dan es krim, terutama bila dikonsumsi berlebihan, bisa membuat sistem pencernaan bayi melambat. 
kandungan lemak yang tinggi serta minim serat dalam produk-produk ini turut berkontribusi terhadap sembelit. 
tak hanya itu, laktosa di dalam susu juga bisa menyebabkan perut bayi kembung. pada bayi yang mengonsumsi susu formula, kandungan proteinnya pun bisa menjadi salah satu faktor penyebab konstipasi.
sereal beras
sereal berbahan dasar beras memang populer karena praktis dan mudah disajikan. namun, makanan ini memiliki kandungan serat yang rendah sehingga dapat menyebabkan sembelit. 
baca juga:perempuan wajib tahu! ini gejala kanker serviks dari ringan hingga serius
baca juga:kasus kanker serviks di indonesia: fakta yang mengkhawatirkan
sebagai alternatif, ibu bisa memilih sereal oatmeal yang lebih tinggi serat. menambahkan buah seperti apel atau pir yang kaya serat juga bisa menjadi solusi untuk memperbaiki pencernaan bayi.
pisang yang belum matang
pisang yang belum matang sempurna atau masih berwarna hijau mengandung jenis pati yang sulit dicerna oleh tubuh bayi. 
akibatnya, hal ini dapat menyebabkan sembelit. oleh karena itu, pastikan pisang yang diberikan pada bayi sudah matang sempurna agar lebih mudah dicerna dan tidak mengganggu sistem pencernaan.
makanan olahan
nugget, sosis, dan makanan olahan lainnya sebaiknya dibatasi karena kandungan lemak jenuh, garam tinggi, dan rendah seratnya bisa memperlambat proses pencernaan bayi. 
baca juga:menggali potensi daun sirsak untuk menghambat kanker
baca juga:oppo reno13 5g di indonesia, bawa kamera 50mp, layar amoled, dan tahan air ip69
selain itu, zat tambahan seperti pengawet dan perasa buatan dalam makanan olahan juga dapat berdampak negatif pada kesehatan saluran cerna bayi.
cokelat
meski rasanya disukai banyak anak, cokelat mengandung kafein dalam jumlah kecil yang bisa memperlambat gerakan usus. 
kandungan lemaknya yang tinggi serta minimnya serat membuat cokelat menjadi salah satu makanan yang sebaiknya dibatasi pada bayi, terutama jika si kecil mengalami gangguan pencernaan.
untuk membantu mencegah sembelit pada bayi, ibu sebaiknya lebih selektif dalam memilih makanan.
baca juga:oppo reno13 f dua varian, fitur lengkap, harga mulai 4 jutaan
baca juga:daftar harga hp oppo terbaru mei–juni 2025: dari 1 jutaan hingga 28 jutaan, mana yang cocok buatmu?
perbanyaklah asupan makanan kaya serat seperti buah dan sayur, serta kurangi pemberian makanan yang dapat mengganggu kerja saluran pencernaan. 
jika sembelit terus berlanjut, konsultasikan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut. (*)