Salah satu produk yang harus ia jual di MLM adalah kapsul spirulina. Kok mahal. Kok laku.
Machmud pun mencari tahu: apa bahan baku spirulina. Ternyata algae. Machmud pun mencari tahu bagaimana cara mengembangkan algae.
Kebetulan dosennya di Undip lagi punya proyek penelitian algae. Yakni bisakah algae dikembangkan untuk menyelesaikan limbah di pabrik kelapa sawit. Agar limbah itu dimakan algae.
BACA JUGA:Semester Pertama , NTP OKU Timur Capai 105,82
BACA JUGA:1 Jam Bersama Abusama-Misnadi, Komitmen ABDI Majukan OKU Selatan
Machmud justru terpikir algae dijadikan bahan baku suplemen spirulina, kosmetik, dan bahan makanan.
Sebelum ikut MLM, Machmud juga sudah berbisnis. Untuk biaya kuliah. Ia jualan es krim. Di kampus Undip. Ayahnya membelikan mesin sederhana pembuat es krim.
Sang ayah juga pelaku MLM. Nama sang ayah: Narno Raharjo.
"Saya kerja MLM karena terpaksa," katanya.
Dikatakan ''terpaksa'' karena sang ayah harus menyelesaikan kewajiban besar: mengembalikan uang ratusan nasabah. Sebanyak Rp 12 miliar.
BACA JUGA:Bermain Imbang Lawan Australia, Shin Tae-yong Puji Kinerja Pemain
BACA JUGA:Kalahkan Toma, Ginting Sukses Balas Dendam dan Lolos 16 Besar
Narno, pengurus Muhammadiyah Sukoharjo, memang sempat dipercaya banyak orang untuk menangani dana investasi online: sarang burung.
Setelah Narno menyetorkan uang itu, ternyata investasi tersebut bodong. Ia digeruduk investor. Ia janji akan mengembalikan semua dana yang diserahkan padanya.
"Akhirnya saya bisa menyelesaikan semuanya. Saya cicil. Selama 12 tahun lunas," ujar sang ayah.
Selama 12 tahun itu ia bekerja keras di MLM. Termasuk mengajak Machmud, anak sulungnya yang sedang kuliah.