MUARADUA - Beberapa bulan terakhir, wilayah Kabupaten OKU Selatan mengalami kemarau panjang, menyebabkan petani jagung mengalami gagal panen.
Ironisnya, saat sebagaian besar petani hendak memulai menanam, harga jagung naik tinggi di tingkat pengepul tembus Rp 8.000/Kg.
Edi, seorang warga Desa Pelangi, Kecamatan Muaradua, mengungkapkan keheranannya. "Baru mau menanam, tapi harga sudah tinggi. Giliran panen, harganya justru turun," ungkap Edi.
Dia menyatakan kekesalannya sebagai petani jagung karena meskipun barang belum ada, harga sudah tinggi.
BACA JUGA:Dukung Pelepasan Ekspor Komoditas
"Tanpa ada stok, harga naik. Pas panen nanti, harganya malah turun. Sekarang Rp. 8.000 cukup tinggi, sebelumnya Rp. 6.000, tapi sekarang naik," tambahnya.
Mamah, warga Desa Bumi Jaya, Kecamatan Buay Rawan, Kabupaten OKU Selatan, juga merasakan hal yang sama, menyebut bahwa harga jual hasil tani seolah-olah dimainkan.
"Bingung, baru mau tanam harga sudah naik. Saat panen, pasti turun lagi. Seakan-akan kita dimainkan," katanya.
Pada dasarnya, para petani ini tidak mengharapkan harga tinggi untuk komoditasnya, asalkan saat panen harga jualnya tidak terlalu anjlok, sehingga kerugian bisa diminimalkan.
BACA JUGA:Angka Krimininalitas Meningkat
"Paling tidak seimbang, walaupun tidak untung besar. Kadang malah merugi saat panen, tergantung harga pasar," pungkasnya. (dal)
BACA JUGA:Optimis Penyelenggaraan Pemilu 2024 di Sumsel Aman