Bulan Ramadan kali ini hasil tabungannya Rp 12 juta. Banyak juga. Rata-rata sekitar itu setahun. Sudah lebih 10 tahun kebiasaan itu dia lakukan. Juga dilakukan beberapa wanita pedagang keliling seperti dia.
Tahun ini THR itu dia wujudkan sembako: gula, minyak goreng, mie instan. Tahun lalu berupa alat dapur. Pernah dalam bentuk baju atau kaus, tapi dia kapok. Dianggap lebih jelek daripada baju milik yang diberi THR.
Wanita Disway satu ini awalnya jadi buruh pabrik panci. Di pabrik itu dia bertemu buruh laki-laki yang masa kerjanya lebih lama. Cinlok. Kawin. Orang tuanyi awalnya tidak merestui. Dia sendiri anak orang miskin, dapat suami lebih miskin lagi.
Setidaknya hemat tempat kos dekat pabrik. Satu kamar berdua. Di situ pula punya anak. Lalu anak kedua.
BACA JUGA:Imbau Hindari Balap Liar
BACA JUGA:Bahas Retribusi Serta Pengembangan Sektor Pariwisata
Orang tuanyi beberapa kali ''memanggil'' pasangan ini. Tepatnya: memanggil menantu. Diminta agar ceraikan istri. Dia tidak mau. Dia cinta suami. Si suami hanya tunduk diam.
Wanita Disway ini jatuh sakit: di empedunyi ada batu. Dia pun berhenti bekerja. Pulang ke desa. Tinggal dengan orang tua. Suami ikut mertua. Setiap hari ke pabrik naik kendaraan umum. Tinggal suami yang berpenghasilan –kecil.
Di rumah, si wanita Disway mengasuh anak. Tapi ketika anak sudah sekolah dia bengong. Tiap hari. Tersiksa. Biasa kerja.
Di depan rumah orang tuanyi itu ada pohon rindang. Di bawah pohon itu, setiap pukul 10.00 beberapa wanita memarkir sepeda. Dagangan mereka sudah habis. Sambil duduk-duduk di bawah pohon mereka menghitung uang hasil jualan.
BACA JUGA:Kemenperin Dukung APH Tindak Kasus Minyakita
BACA JUGA:THR dan Gaji 13 Cair Pertengahan Maret
Setelah beberapa hari melihat adegan hitung uang itu hatinyi tergerak: kok kelihatannya enak. Dia pun bertekad untuk menjadi mereka.
Tiap pukul 02.00 dia bangun. Berangkat ke pasar. Naik motor. Kulakan sayur. Lalu ke toko yang ada di dalam pasar itu juga: kulakan sembako.
Dua tahun kemudian dia bisa beli tanah kecil di sebelah rumah orang tua. Dua tahun berikutnya lagi bisa membangun rumah kecil. Dua tahunnya lagi bisa beli mobil kecil. Mobil itu jarang dipakai. Dieman-eman.
Kini dia ke pasar memang tidak naik motor roda dua lagi. Sudah meningkat: roda tiga. Dia sudah beli motor yang ada bak di bagian belakangnya.