BACA JUGA:Heboh Lurah Minta AC kepada Bos Kasur
BACA JUGA:PPPK Tahap II Tetap Terima Gaji
Sang suami selalu memuji keuletan istri. Tiap hari bangun pukul 02.00 demi keluarga. Pun di saat hujan.
Pernah si suami merayu: ini kan lagi hujan deras, liburlah jualan. Sang istri justru menjawab: hujan begini kesempatan dapat uang, banyak yang tidak jualan.
Sang suami sangat patuh pada istri. Termasuk dalam hal keuangan. Tidak mau ganggu administrasi keuangan keluarga. Soal uang sepenuhnya di tangan istri.
Sang suami bekerja tetap naik sepeda motor. Mobil baru dipakai kalau pergi bersama keluarga. Terutama bersama mertua.
BACA JUGA:Debit Air Sungai Ogan Naik
BACA JUGA:Pohon Tumbang Ancam Warga
"Soal uang saya minta dijatah saja. Tiap hari Rp 20.000. Pokoknya cukup untuk beli bensin ke pabrik pulang-pergi," katanya.
Kadang jatah uang harian itu menyulitkan. "Suatu saat ban motor kempis. Tidak cukup untuk tambal ban," katanya.
Sang istri sangat disiplin dalam mengatur uang. Semua anggaran belanja ditetapkan sejak awal. Tidak boleh dilanggar: uang harian suami Rp 20.000; uang belanja ibunyi Rp 20.000; uang saku anaknyi sekolah @Rp 2000 sampai Rp 4000 –masih harus nabung untuk belikan mereka seragam. Tinggal anaknyi yang ke sekolah belum pakai seragam.
Lalu jatah nabung untuk THR pelanggan Rp 50.000.
Sejak kapan jatah untuk ibunda yang Rp 20.000 itu?
"Sudah lama. Lebih lima tahun".
"Tidak pernah naik?”
"Tidak".