Ilmuwan Temukan Cara Baru untuk Melawan Penyakit Seperti Demam Berdarah dan Zika dengan Membuat Nyamuk Jantan
Penelitian inovatif yang dipimpin oleh ilmuwan dari Universitas California, Santa Barbara, membuka jalan baru dalam pengendalian nyamuk yang dapat mengurangi risiko penyakit berbahaya yang disebabkan oleh gigitan nyamuk. -Foto via Pixabay-Agrar
OKU EKSPRES - Ilmuwan terus mengembangkan metode inovatif untuk melawan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah dan Zika.
Salah satu pendekatan yang tengah dieksplorasi adalah membuat nyamuk jantan tuli, dengan harapan mengganggu perilaku kawin nyamuk dan mengurangi populasi nyamuk yang membawa virus.
Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Universitas California, Santa Barbara, dan hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal PNAS.
Nyamuk jantan mengandalkan kemampuan mendengar mereka untuk menemukan nyamuk betina selama terbang.
BACA JUGA:Potret Alan Turing Hasil Karya Robot Ai-Da Terjual di Lelang dengan Harga Fantastis
BACA JUGA:Ini Daya Tarik Tabungan Simpedes dari Bank BRI
Dalam proses ini, nyamuk betina mengepakkan sayapnya sekitar 500 Hz, yang menjadi petunjuk bagi nyamuk jantan untuk menemukan mereka.
Nyamuk jantan akan merespons dengan mengepakkan sayapnya sekitar 800 Hz untuk mendekati betina. Tanpa kemampuan mendengar ini, nyamuk jantan kehilangan kemampuan untuk menemukan betina dan tidak akan mengejar mereka untuk kawin.
Penelitian menunjukkan bahwa pendengaran merupakan faktor kritis dalam keberhasilan perkawinan nyamuk.
Para ilmuwan menggunakan teknologi CRISPR-Cas9 untuk mematikan gen yang memproduksi protein trpVa pada nyamuk Aedes aegypti, yang penting bagi pendengaran nyamuk.
BACA JUGA:Promo KPR BRI Bunga 2,75 Persen Sampai Akhir Tahun
BACA JUGA:Brimo Dipakai UMKM di Baturaja
Setelah protein ini dihilangkan, nyamuk jantan menjadi tuli total, tanpa respons saraf terhadap suara. Ketika nyamuk jantan yang tuli ini ditempatkan bersama betina, mereka tidak menunjukkan minat untuk kawin, bahkan setelah tiga hari bersama.
Menariknya, meskipun nyamuk betina yang tuli tetap dapat kawin, mereka tidak memulai perilaku perkawinan, menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam cara kedua jenis kelamin ini bergantung pada isyarat pendengaran.