Kereta Luxury
Dahlan Iskan-Photo:istimewa-Gus munir
"Bagaimana kalau ke luar negeri"?
BACA JUGA:Satgas Karhutla Berjibaku Padamkan Api di Desa Purnajaya Ogan Ilir
BACA JUGA:Rumah dan Toko di Banyuasin Ludes Terbakar
"Terpaksa naik pesawat. Kan tidak ada jalan lain," jawabnyi. Lalu dia minta foto bersama.
Satu penumpang lagi punya alasan lain: bisa tidur. Lalu bangun-bangun sudah di Jakarta. Langsung bekerja. Daripada bayar hotel di Jakarta.
Saya pun langsung tidur. Disediakan selimut. Perut sudah kenyang. Tidak akan makan apa pun lagi pada jam seperti itu.
Belum lagi terlelap pramugari kereta membangunkan. Saya pura-pura sudah tidur. Terus saja dia membangunkan. Saya ingin adu kuat. Akhirnya dia terdengar pergi.
BACA JUGA:Sering Sebabkan Kemacetan, Putar Balik Jalan Depan Sekolah Kumbang Bakal Ditutup
BACA JUGA:Motor Milik Kurir Paket di Palembang Kembali Jadi Sasaran Pelaku Curanmor
Dalam hati saya agak mendongkol. Tapi salah saya sendiri: mengapa tidak meninggalkan pesan jangan dibangunkan untuk makan.
Di pesawat saya selalu berpesan pada pramugari: kalau tertidur jangan dibangunkan. Bagi orang seperti saya tidur lebih penting daripada makan.
Masalahnya: saya tidak mengira kalau akan ada makan malam. Tidak lama kemudian sang pramugari datang lagi. Membangunkan lagi. Saya tetap pura-pura sudah tidur. Pun ketika dibangunkan beberapa kali.
Pramugari pun pergi.
Harapan saya untuk tidur nyenyak tidak kesampaian. Bukan soal dibangunkan itu tapi soal lain: guncangannya. Guncangan di sepanjang perjalanan membuat saya tidak bisa lelap.
BACA JUGA:Kebakaran Landa 16 Rumah di 10 Ilir Palembang, 31 KK Kehilangan Tempat Tinggal