Kereta Luxury

Dahlan Iskan-Photo:istimewa-Gus munir

Saya sudah mengira: tidak akan seperti luxury-nya kereta di Amerika. Bahkan tidak mungkin seperti di kelas satunya kereta cepat di Tiongkok.

Malam itu saya naik kereta dari stasiun Pasar Turi Surabaya. Bisa ngobrol dengan Kepala Daerah Operasi PT KAI Jatim. Kebetulan ia juga akan turun di Cirebon. Akan ke kantor pusat KAI di Bandung.

Saya dapat kabar baik: Stasiun Pasar Turi segera dibongkar. Untuk dibangun yang baru. Akan dibuat seperti bandara. Atau, dibuat mirip stasiun-stasiun Whoosh. Dua lantai. Tahun depan selesai.

BACA JUGA:Google Siapkan Fitur Drag-and-Drop di Quick Share: Transfer File Semakin Mudah di Android

BACA JUGA:Leo/Bagas Melaju ke Semifinal Korea Open 2024

Sudah waktunya stasiun-stasiun KA tidak kalah dengan bandara. Toh tiket kereta juga tidak lagi murah. Untuk kelas luxury ini bahkan lebih mahal dari tiket pesawat: antara Rp 1,2 juta sampai Rp 1,7 juta –saya dapat harga yang termahal itu.

Gerbong kelas luxury ini ditempatkan agak paling belakang. Aneh. Saya lupa bertanya mengapa begitu. Mahal tapi jalan kakinya lebih jauh. Baik saat naik maupun saat turun kelak.

Saya tidak mempersoalkan yang tidak logis seperti itu. Saya masih kuat jalan. Toh tidak membawa koper. Saya hanya membawa tas kresek isi satu baju –lupa tidak mengembalikan jas pinjaman dari Syekh Panji Gumilang dua tahun lalu.

Begitu masuk gerbong saya sempat terpana: bagus. Seperti di pesawat kelas bisnis internasional.

BACA JUGA:Liverpool Kepincut Pemain Berbakat Asal Argentina, Santiago Hezze

BACA JUGA:MU Tunda Transfer Sancho ke Juventus

Saya coba atur tempat duduk menjadi tempat tidur. Bisa. Penggerak elektroniknya baik. Memang pilihan materialnya tidak sebaik di pesawat, tapi cukup baik.

Sebelum tidur saya hitung dulu jumlah kursi yang terisi: 14 orang. Berarti 50 persen. Saya coba bertanya ke beberapa orang: mengapa pilih kelas mahal.

"Saya takut naik pesawat," ujar seorang ai lantas tersenyum. Dia akan ke Jakarta. Bersama suami.

Ai adalah panggilan untuk wanita Tionghoa yang berarti tante. Setiap ke Jakarta dia naik luxury.

Tag
Share