Daerah Rawan DBD di Indonesia: Kenali Risikonya, Cegah Sejak Dini

Ilustrasi Daerah Rawan DBD di Indonesia -Thinkstock-

BACA JUGA:Kenali Gejala DBD pada Lansia: Waspadai Sejak Dini untuk Cegah Komplikasi Berbahaya

BACA JUGA:Strategi Ampuh Mencegah DBD pada Lansia

Penurunan ini tidak terlepas dari perbaikan sarana kesehatan, kualitas pelayanan medis, serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mencegah penyebaran nyamuk Aedes aegypti.

Faktor Penyebab Daerah Menjadi Rawan DBD

Beberapa faktor memengaruhi apakah suatu wilayah tergolong rawan DBD atau tidak. Faktor-faktor ini terbagi menjadi dua, yaitu yang dapat dikendalikan dan yang sulit dikendalikan.

1. Faktor Lingkungan

Perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti meningkat pada musim hujan karena genangan air lebih banyak ditemukan. Namun, di Indonesia, nyamuk bisa berkembang biak hampir sepanjang tahun karena kondisi lingkungan yang mendukung.

Saluran air yang tersumbat, tumpukan barang bekas yang menampung air hujan, serta kebiasaan warga yang jarang membersihkan bak mandi menjadi sarang ideal bagi nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak.

BACA JUGA:Imbau Warga Waspada DBD Menyerang

BACA JUGA:Cegah Penyebaran DBD Lakukan Fogging

2. Faktor Sosial

Tingkat kepadatan penduduk juga berkontribusi pada tingginya angka DBD, terutama di wilayah padat seperti Pulau Jawa. Infrastruktur yang kurang memadai, seperti sistem pembuangan sampah dan air bersih yang belum optimal, memicu peningkatan populasi nyamuk.

Selain itu, perilaku warga yang kurang peduli akan kebersihan tempat penampungan air turut memperparah situasi. Pengetahuan masyarakat yang masih minim mengenai pemberantasan sarang nyamuk juga membuat kasus DBD di daerah padat sulit ditekan.

Peran Anda dalam Mencegah DBD

Dengan memahami daerah mana saja yang berisiko tinggi, diharapkan Anda dapat lebih siaga menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Lakukan langkah pencegahan sederhana melalui Gerakan 3M Plus dan 1 Rumah 1 Jumantik, seperti:

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan