Siapa Saja yang Berhak Menerima Daging Kurban? Ini Penjelasan Lengkapnya!

Ilustrasi Siapa Saja yang Berhak Menerima Daging Kurban -foto:rri-Hesti
OKU EKSPRES - Ibadah kurban merupakan salah satu bentuk penghambaan dan ketaatan seorang Muslim kepada Allah SWT yang dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Adha. Lebih dari sekadar menyembelih hewan, kurban juga mengandung nilai sosial yang tinggi, yakni berbagi kepada sesama—terutama mereka yang membutuhkan.
Namun, tidak semua orang berhak menerima daging kurban. Karena itu, penting untuk memahami ketentuan syariat terkait distribusi daging kurban agar ibadah ini tidak kehilangan makna.
Makna Kurban dalam Islam dan Tujuan Sosialnya
Kurban adalah ibadah yang dilaksanakan pada 10 Dzulhijjah dan tiga hari tasyrik (11–13 Dzulhijjah) dengan menyembelih hewan ternak. Tujuannya bukan hanya menunaikan perintah Allah, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian kepada sesama.
Dalam surat Al-Hajj ayat 36, ditegaskan bahwa yang sampai kepada Allah bukanlah daging atau darah hewan, melainkan ketakwaan dari orang yang berkurban. Maka, selain niat yang ikhlas, pelaksanaan kurban juga harus memperhatikan aspek sosial dengan menyalurkan daging kepada mereka yang berhak.
BACA JUGA:5 Tips Menyimpan Daging Kurban di Kulkas agar Tetap Segar dan Tahan Lama
BACA JUGA:Tips Jitu Menyimpan Daging Kurban Agar Awet, Baik di Kulkas Maupun Tanpa Kulkas
Rasulullah SAW menganjurkan agar daging kurban dibagi menjadi tiga bagian: untuk diri sendiri, kerabat, dan orang miskin. Ini menunjukkan bahwa kurban bukan hanya ibadah spiritual, tetapi juga cara mempererat ukhuwah dan membantu yang membutuhkan.
Golongan yang Berhak Menerima Daging Kurban
Syariat Islam memberikan panduan jelas tentang siapa saja yang bisa menerima daging kurban. Berikut lima golongan utama yang patut diprioritaskan:
Fakir dan Miskin
Mereka adalah golongan utama yang harus menerima daging kurban. Fakir adalah orang yang hampir tidak memiliki apa-apa, sedangkan miskin masih punya sedikit, tapi tak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Berbagi dengan mereka adalah bentuk nyata dari empati dan kepedulian sosial.
Kerabat dan Tetangga yang Membutuhkan
Jika di lingkungan sekitar ada keluarga atau tetangga yang kekurangan, mereka juga termasuk mustahiq. Islam mengajarkan pentingnya menjaga silaturahmi dan memperhatikan orang terdekat.