Optimis Tumbuh Ditengah Gelombang PHK

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menghantam sektor industri di Indonesia.-Photo: istimewa-Eris
JAKARTA- Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menghantam sektor industri di Indonesia.
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, sejak awal tahun hingga 23 April 2025, sebanyak 24.036 pekerja terkena PHK, dengan sektor manufaktur menjadi penyumbang tertinggi.
Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, di mana pada tahun 2024 tercatat 77.965 kasus PHK, dan pada tahun 2023 sebanyak 64.855 kasus .
Meski situasi ini menimbulkan kekhawatiran, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, tetap menyuarakan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
BACA JUGA:Terungkap Warga Tewas Ledakan Amunisi Bukan Pemulung
BACA JUGA:Herman Deru Tinjau Dua Proyek Strategis di PALI
Anindya Bakrie berkeyakinan bahwa badai PHK ini tidak akan menghambat target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen seperti yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Kadin percaya bahwa pertumbuhan bisa bertahap kembali lagi di atas 5 persen atau 7 sampai 8 persen.
Tapi yang penting adalah pemerataan dan pemudayaan masyarakat juga terjadi," tutur Anindya Bakrie ditemui di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa 13 Mei 2025.
Untuk mendukung hal tersebut, Kadin Indonesia terus mendorong peluang kerja sama dengan pengusaha Amerika Serikat guna meningkatkan ekspor, sekaligus menghadapi potensi kebijakan tarif baru dari Presiden Donald Trump.
BACA JUGA:Raup Uang dari Hasil tanaman Perkarangan Rumah
BACA JUGA:Musorkab KONI Banyuasin Tertunda
"Bahkan kita mesti mencari celah-celah, bahkan dengan diplomasi tarif dagang ini, saya kok melihat kalau misalnya kita bermainnya pandai bisa menciptakan lapangan kerja juga. Karena artinya akan banyak sekali ekspor yang bisa lebih banyak lagi," tutur Anin.*