Manfaat Berjemur di Pagi Hari untuk Kesehatan

Ilustrasi Berjemur di Pagi Hari -foto:shutterstock-Hesti
OKU EKSPRES - Berjemur di bawah sinar matahari pagi bukan hanya bermanfaat bagi bayi, tetapi juga bagi anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.
Selain membantu meningkatkan daya tahan tubuh, paparan sinar matahari yang cukup juga dapat mengurangi risiko berbagai penyakit.
Kebiasaan berjemur di pagi hari, baik saat berolahraga maupun sekadar duduk santai di teras rumah, memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Salah satunya adalah meningkatkan produksi vitamin D, yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang dan sistem imun. Berikut beberapa manfaat berjemur di pagi hari yang bisa Anda peroleh:
BACA JUGA:Jamu Beras Kencur, Minuman Tradisional dengan Segudang Manfaat
BACA JUGA:Dampak Buruk Konsumsi Makanan Manis Berlebihan bagi Kesehatan
1. Meningkatkan Produksi Vitamin D
Sinar matahari pagi merangsang tubuh untuk memproduksi vitamin D, yang membantu penyerapan kalsium dan fosfor dalam usus. Dengan asupan vitamin D yang cukup, kesehatan tulang, gigi, dan otot akan lebih terjaga. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam mencegah penyakit seperti osteoporosis, rakitis, tekanan darah tinggi, dan diabetes tipe 2.
2. Memperkuat Sistem Imun
Vitamin D yang dihasilkan dari paparan sinar matahari juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu melawan infeksi, serta mempercepat pemulihan saat sakit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa berjemur dapat mendukung penyembuhan penyakit seperti COVID-19 dan tuberkulosis.
3. Membantu Meningkatkan Kualitas Tidur
Paparan sinar matahari pagi dapat merangsang produksi hormon serotonin, yang berperan dalam mengatur suasana hati dan pola tidur. Dengan kadar serotonin yang optimal, kualitas tidur akan lebih baik, sehingga membantu mengatasi masalah seperti insomnia.
4. Mengurangi Risiko Depresi
Serotonin yang diproduksi akibat paparan sinar matahari juga berfungsi meningkatkan energi dan menjaga suasana hati tetap baik. Sebaliknya, kurangnya sinar matahari dapat menyebabkan penurunan kadar serotonin, yang dapat meningkatkan risiko depresi.