Berbuka dengan yang Manis, Sehat atau Berisiko?

Ilustrai minuman manis. -Foto: Shutterstock-Dedi

OKU EKPRES - Berbuka puasa dengan makanan atau minuman manis telah menjadi bagian dari tradisi di berbagai negara Muslim, termasuk Indonesia. 

Setiap Ramadan, aneka hidangan manis seperti kolak, es buah, bubur sumsum, dan teh manis kerap disajikan sebagai menu berbuka. 

Banyak yang meyakini bahwa mengonsumsi sesuatu yang manis saat berbuka dapat segera mengembalikan energi setelah seharian berpuasa.

Keyakinan ini didukung oleh fakta bahwa tubuh memerlukan glukosa sebagai sumber energi utama. Makanan dan minuman manis mampu meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, sehingga tubuh kembali terasa bugar. 

BACA JUGA:9 Obat Alami untuk Mengatasi Batuk Saat Puasa Ramadan

BACA JUGA:Richard Lee Keceplosan Menyebut Ruben Onsu Telah Mualaf

Namun, apakah kebiasaan berbuka dengan yang manis benar-benar bermanfaat, atau justru berisiko bagi kesehatan jika tidak dikontrol?

Secara ilmiah, tubuh mengalami perubahan metabolisme selama puasa karena tidak mendapat asupan makanan dan minuman selama lebih dari 12 jam. 

Kadar gula darah cenderung menurun karena digunakan sebagai sumber energi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. 

Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula sederhana, seperti teh manis, sirup, atau kolak, memang dapat segera meningkatkan kadar gula darah dan memberikan dorongan energi instan.

BACA JUGA:Jadwal Syuting Padat Selama Ramadan, hingga Tak Tidur Selama 3 Hari

BACA JUGA:Lawan Australia, Ujian Berat Patrick Kluivert

Namun, lonjakan gula darah yang terlalu cepat dapat memicu peningkatan produksi insulin secara berlebihan. 

Akibatnya, gula darah bisa turun drastis dalam waktu singkat, menyebabkan tubuh kembali lemas, mengantuk, pusing, bahkan mengalami kelelahan setelah berbuka. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan