Partner Dansa

gelar Ir SpRS bagi orang seperti Adi.-Photo: istimewa-Gus munir

Sedang si bungsu, Tirta Atiwening, arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung.

Rumah sakit memang bangunan yang sangat tipikal. "Semua bentuk harus mengutamakan fungsi," ujar Adi. Terutama tata letak: harus sesuai dengan flow proses pengobatan.

Aliran itu biasanya dimulai dari UGD --bagian gawat darurat. Atau penerimaan pasien. Maka bangunan UGD harus terkoneksi dengan alat pemeriksaan yang diperlukan.

Proses selanjutnya saling kait mengait. Sampai di bagian akhir sebuah rumah sakit: di mana kamar mayat harus diletakkan.

BACA JUGA:Tingkatkan Ketersediaan Pangan

BACA JUGA:Polda Sumsel Gagalkan 50 Kg Sabu

Bangunan RS juga harus mengesankan kebersihan yang tinggi. Salah satu ”penggangu” kesan bersih itu adalah halaman parkir. Terlihat ruwet. Terkesan banyak polusi. Keras. Kejam. Tidak sehat.

Maka bangunan RS sebaiknya "menyembunyikan" halaman parkir. Masalahnya adalah lahan. Tidak semua rumah sakit punya lahan yang cukup. Banyak pula yang lokasi parkirnya sangat dipaksakan.

"Saya pun menyesali desain lama saya di awal-awal dulu. Kalau saja lahan parkirnya bisa saya tambah sedikit akan sempurna sekali," kata Adi. Yakni ketika Adi mendesain RS Charitas di Palembang.

"Setiap kali saya ke sana saya kemukakan penyesalan saya itu," katanya.

BACA JUGA:5 Kebiasaan Sepele yang Bisa Membuat Orang Menjauh dari Kamu

BACA JUGA:5 Risiko Penggunaan Softlens yang Salah

Di umurnya yang 55 tahun Adi terus keliling berbagai kota. Pembagunan rumah sakit kini dilakukan di mana-mana. Ia juga terlibat pembangunan rumah sakit internasional di Sanur, Bali, yang hampir selesai itu.

Di Yogyakarta, Adilah yang menangani RS Kristen Bethesda. Juga beberapa RS lainnya. "Saya juga banyak menangani rumah sakit Muhammadiyah," katanya.

Kini ia lagi merancang rumah sakit Universitas Kristen Petra Surabaya. Rancangannya sudah selesai. Lihatlah di mana Adi "menyembunyikan" lapangan parkirnya: di balik rumput hijau di bawah bangunan tinggi itu.

Tag
Share