Menurut Sobri, hujan kali ini cukup deras dan berlangsung lama, berbeda dari biasanya yang hanya turun sebentar.
BACA JUGA:Gunung Fuji Tak Bersalju Hingga Akhir Oktober, Pecahkan Rekor 130 Tahun
BACA JUGA: Keseruan Halloween Dunia di Tahun 2024
"Macet dimana-mana. Biasanya ada hujan, tapi cuma sebentar, kalau kali ini cukup lama, dari jam 3 sore sampai menjelang petang," ujarnya.
Meski begitu, sebagian masyarakat merasa senang dengan turunnya hujan, terutama di daerah yang mengalami kesulitan air selama musim kemarau panjang.
Ismail, warga Tanjung Barangan, mengaku bahwa dengan hujan ini, air sumur kembali terisi.
Sebelumnya, ia bahkan harus membeli air galon untuk keperluan masak dan minum serta memesan air tedmon dari mobil tangki untuk mandi dan mencuci.
BACA JUGA:Bupati OKU Selatan dan BPK RI Bahas Evaluasi APBD 2023
BACA JUGA:Tangkap Pelaku Pencurian Motor dengan Modus Bobol Rumah
Kepala Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Siswanto ST MSi, menjelaskan bahwa hujan es tersebut disebabkan oleh pertumbuhan awan cumulonimbus (CB) yang memicu hujan intensitas sedang hingga lebat secara tiba-tiba.
Data dari AWS/ARG terdekat menunjukkan bahwa curah hujan di ARG Gandus tercatat sebesar 44,6 mm, sementara di AWS Digi Stamet Palembang mencapai 6,8 mm.
Ia menambahkan, fenomena hujan es di Palembang ini terkait dengan aktifnya gelombang Kelvin di wilayah Sumatera Selatan.
Ditambah suhu muka laut yang hangat sekitar 30-31°C dan anomali suhu laut di perairan Sumatera Timur sekitar 1,5-2,0°C.
BACA JUGA:Amankan Audiensi Masyarakat di DPRD OKU
BACA JUGA:Ikan PrimaLand
Kondisi ini meningkatkan pasokan uap air di wilayah Sumatera Selatan. Siswanto juga menjelaskan bahwa daerah belokan angin dan konvergensi di Sumatera Selatan bagian Barat memicu penumpukan massa udara, sementara kelembapan udara di lapisan 850-500 mb berkisar 70%-90%.