OKU EKSPRES - Makanan cepat saji saat ini sering menjadi pilihan untuk si Kecil, terutama jika ia susah makan.
Makanan seperti piza, hamburger, atau donat kerap membuat anak makan dengan lahap. Meski demikian, penting bagi orang tua untuk mempertimbangkan pemberian makanan cepat saji ini.
Mengapa demikian? Meski disukai oleh anak-anak, makanan cepat saji dapat memberikan dampak negatif.
Salah satunya, konsumsi makanan ini diduga berpotensi meningkatkan risiko depresi pada anak. Di masa tumbuh kembang, si Kecil sangat membutuhkan asupan nutrisi lengkap, dan makanan cepat saji bukanlah pilihan terbaik.
BACA JUGA:Anak Gemuk Bukan Berarti Sehat, Bisa Jadi Karena Ini !
BACA JUGA:Bantah Tiket Timnas Indonesia Lawan Jepang dan Arab Saudi Naik
Selain minim nutrisi, makanan cepat saji cenderung mengandung kadar gula, garam, dan kolesterol yang tinggi.
Bila dikonsumsi berlebihan, berbagai masalah kesehatan dapat muncul, termasuk gangguan emosional seperti depresi.
Menurut Alodokter, depresi adalah gangguan mental yang dapat dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari perceraian orang tua, bullying, hingga gangguan pada sistem saraf.
Lalu, bagaimana kaitannya dengan makanan cepat saji?
Seperti yang telah dibahas, pemberian ASI pada masa bayi dan asupan makanan bergizi seimbang penting untuk mendukung tumbuh kembang optimal si Kecil.
BACA JUGA:Kalah Dari China, Ranking FIFA Indonesia Turun
BACA JUGA:Saran Lakukan Perbaikan Kurikulum Merdeka
Makanan bergizi tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tetapi juga berperan dalam meningkatkan kecerdasan, stabilitas suasana hati, dan menurunkan risiko gangguan mental.
Sebaliknya, makanan cepat saji yang tinggi kalori tetapi rendah nutrisi dapat memicu obesitas bila dikonsumsi terlalu sering.