Kaca-kaca jendela juga belum terpasang. Angin sepoi masuk ke dalam masjid –membuat udara pagi musim kemarau terasa lebih sejuk. Acara berlangsung di lantai dasar masjid bertingkat tujuh ini.
Sekitar 5.000 orang memenuhi masjid. Mereka duduk di kursi yang disusun sepenuh masjid.
Saat masuk masjid sepatu harus dilepas. Panitia membagikan kantong sepatu yang didesain secara khusus. Masing-masing membawa kantong berisi sepatu itu ke tempat duduk mereka.
Saya didudukkan di kursi utama menghadap mereka.
BACA JUGA:IGI Sumsel Bakal Lakukan Rakorwil di OKU Selatan
BACA JUGA:Strategi Ampuh untuk Rasa Nyaman yang Lebih Baik: Mengatasi Nyeri Menstruasi
Ada tiga kursi di situ. Yang dua lagi untuk Syekh Panji Gumilang dan istri. Mayjen Purn Kivlan Zein juga berada di deret depan.
Komjen Pol Purn Susno Duadji sudah mengisi acara di situ sehari sebelumnya. Pun pemikir Pancasila Prof Dr Yudi Latief. Termasuk orang seperti Ilham Aidit –anak ketua umum PKI di masa lalu.
Mereka adalah para pembicara seminar tiga hari bertemakan "Indonesia 1000 Tahun Lagi".
Di puncak acara ini saya melihat ''keanehan'' pada diri Syekh Panji Gumilang: ia mengenakan baju batik lengan panjang. Tumben.
BACA JUGA:Langkah Praktis Menanam Labu Kuning di Rumah dari Biji Labu
BACA JUGA:Tim Kejari Banyuasin Geledah Kantor DLH Banyuasin
Tidak biasanya Syekh tampil berbatik. Selama ini selalu saja Syekh berpakaian ala Barat: bersepatu, celana pantalon, jas, dan dasi.
"Tumben pakai batik," sapa saya.
Barulah saya tahu: itu bukan batik biasa. Itu adalah baju batik yang sudah berumur 25 tahun. Itulah baju batik yang dikenakan Syekh saat meletakkan batu pertama pembangunan Al Zaytun 25 tahun lalu.
Setelah itu batik tersebut hanya satu kali lagi dipakai: saat menemui Wakil Presiden (waktu itu) Try Sutrisno di Surabaya.