MARTAPURA - Petani di Kabupaten OKU Timur berhasil mengatasi tantangan musim kemarau dengan strategi cerdas. Seorang pembudidaya semangka bernama Bibit, yang sebelumnya berprofesi sebagai supplier semangka selama tiga tahun, mengubah tanaman utamanya menjadi semangka.
Keputusan ini diambil karena semangka merupakan komoditas yang cocok untuk ditanam selama kemarau.
Dengan kurangnya persediaan air, Bibit memanfaatkan lahan nganggur tanpa biaya sewa, dengan meminjam tanah seluas 1 hektar milik beberapa tetangga, menerapkan prinsip simbiosis mutualisme.
“Dengan metode ini, tanah persawahan kering yang dipinjam dapat kembali subur saat masuk musim tanam padi, memberikan hasil yang lebih baik,” ungkap Bibit.
BACA JUGA:Ajarkan Siswa Berwirausha Sejak Dini
Bibit menjelaskan bahwa penanaman semangka hanya memakan waktu 80 hari, dengan konsumsi air yang lebih rendah dibandingkan tanaman padi.
Penanaman semangka saat kemarau juga menghindarkan risiko pembusukan tanaman yang dapat terjadi jika ditanam selama musim hujan.
Dengan harga jual buah semangka mencapai Rp 5 ribu per kilogram di pasaran, Bibit optimis dapat meraih keuntungan dua kali lipat dari modalnya.
Keberhasilan Bibit menjadi inspirasi bagi petani lain di daerah tersebut untuk mempertimbangkan diversifikasi tanaman dan strategi adaptasi saat menghadapi musim kemarau. (AZ)
BACA JUGA:Seleksi Kompetensi Digelar di 11 Tempat