OKU EKSRES.COM - Aktor senior Epy Kusnandar membagikan pesan pribadinya saat konferensi pers film horor Selepas Tahlil yang digelar di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, pada Minggu (6/7).
Dalam film produksi BION Studios tersebut, Epy memerankan tokoh Hadi, ayah dari dua karakter utama, Saras (Aghniny Haque) dan Yudhis (Bastian Steel).
Epy mengungkapkan bahwa sosok Hadi sangat mencerminkan kehidupannya sendiri.
Di tengah penjelasannya, ia tiba-tiba mengutarakan keinginannya untuk dimakamkan di kampung halamannya, Garut, jika suatu hari meninggal dunia.
BACA JUGA:Usai Jalani Rehabilitasi, Epy Kusnandar Pilih Pulang Kampung
BACA JUGA:Epy Kusnandar Ditangkap Karna Narkoba
"Karakter ini sangat dekat dengan kehidupan saya. Saya juga seorang ayah, punya rahasia sendiri. Saya berharap, kalau saya meninggal nanti, mohon kuburkan saya di Garut, di tanah kelahiran saya," ujar Epy Kusnandar.
Ia menegaskan bahwa keinginan tersebut bukan sekadar ucapan. Epy ingin dimakamkan berdekatan dengan ibunya dan berkumpul kembali bersama keluarga di kampung halaman.
“Saya benar-benar serius. Ingin dimakamkan dekat dengan ibu saya. Kalau bisa berdampingan, ya lebih baik. Saya juga punya adik, dan saya berharap hubungan kami lebih harmonis. Mungkin jalan satu-satunya adalah kembali ke kampung,” lanjutnya.
Pernyataan itu muncul karena dalam Selepas Tahlil, Epy memerankan sosok jenazah yang hidup kembali, sebuah pengalaman akting yang sangat emosional baginya.
BACA JUGA:Epy Kusnandar Ditangkap Polisi Diduga Kasus Narkoba
BACA JUGA:Usai Jalani Rehabilitasi, Epy Kusnandar Pilih Pulang Kampung
“Rasanya sulit diungkapkan. Ini adalah pertama kalinya saya berperan sebagai jenazah,” kata Epy.
"Menjadi orang mati yang kembali hidup ternyata sangat menyakitkan. Awalnya saya kira mudah, tapi kenyataannya tidak seperti itu. Karakter ini seolah benar-benar mati dan menyimpan rahasia—utang batin, beban pikiran. Saya sampai takut, seakan-akan ini mencerminkan diri saya sendiri," tambahnya.
Film Selepas Tahlil terinspirasi dari kisah nyata yang pernah dibahas dalam podcast Lentera Malam, mengenai jenazah yang berjalan sendiri dari Surabaya menuju Lamongan.