BACA JUGA:10 Cara Ampuh Mengatasi Ketombe dan Rambut Rontok Secara Alami
BACA JUGA:5 Strategi Cerdas Mendapatkan Tiket Pesawat Murah untuk Liburan Hemat
Rupanya itu ruang khusus untuk penggemar kelas fanatik. Semua meja dan kursi sudah penuh. Harus memesan kursi lebih dulu. Tidak ada kursi kosong untuk yang go show.
Ruang khusus ini lebarnya sekitar 12 meter. Panjangnya 24 meter. Penuh. Padat. Bising. Sangat mirip suasana di stadion.
"Terima kasih, Anda bisa menemukan tempat nobar ini. Lain kali mau nonton di sini saja," kata saya kepada Alvand.
Hampir semua penontonnya orang Tionghoa. Jarang yang minum bir. Beda dengan nobar di Amerika atau Eropa. Kalau toh ada satu dua bule itu dari Rusia atau Eropa Timur. Bule Amerika dan Eropa kian jarang terlihat di Shanghai.
BACA JUGA:Resep Jamur Enoki Krispi yang Mudah Dibuat di Rumah
Udara ruangan bersih. Tidak ada yang merokok. Beda dengan nobar di Jakarta atau Surabaya.
Di Wuhan, bos di sana mengatakan ''bebek telah mempersatukan selera dunia''. Di Shanghai malam itu ''bola telah mempersatukan bangsa''. Sayang Trump bukan penggemar sepak bola.
Saya ingat tahun-tahun pertama mulai tergoda sepak bola. Saya ciptakan jargon untuk kaus supporter ''Kami Haus Gol Kamu''. Bunyi di kaus itu:
Satu Nusa
Satu Bangsa
Satu Bahasa –bahasa bola. (DAHLAN ISKAN)