Pendukung Liverpool memenuhi salah satu ruangan di Di Jing An, sport cafe di Shanghai.-FOTO: DAHLAN ISKAN-
Ternyata ia menikmati nobar ini. Mungkin karena suasananya mirip di stadion. Banyak spanduk, selendang, dan teriakan mendukung klub itu. Juga selalu riuh dengan nyanyian-nyanyian supporter-nya.
BACA JUGA:Waspadai Ciri-Ciri Dehidrasi pada Anak dan Cara Penanganannya
BACA JUGA:Langkah Mudah Cegah Demam Berdarah dan Gigitan Nyamuk Aedes Aegypti
Ia tidak mau pulang. Saya pun senang. Saya akan bisa melihat pesta seperti apa di akhir pertandingan.
"Pendukung klub apa?" tanya petugas saat kami baru sampai di lantai tiga gedung itu.
"Liverpool," jawab Alvand.
"Di sana," ujar petugas sambil menunjuk ruang kiri.
Ruang itu besar sekali. Sekitar 16 x 42 meter. Layar-layar lebar memenuhi dinding. Lebarnya layar-layar itu sekitar 6 x 8 meter. Ada empat layar di kiri. Empat layar di kanan. Tiga layar di depan. Atraktif sekali. Semua menampilkan sepak bola. Gambarnya tajam sekali.
Di sebelah kanan masih ada ruang yang besarnya sama. Kami tidak diarahkan ke situ. Di situlah supporter MU berkumpul.
BACA JUGA:Langkah Simpel untuk Mengurangi Sampah Plastik di Rumah
BACA JUGA:Cara Alami untuk Menebalkan Rambut dengan Mudah
Saya mengintip ke situ. Sedih semua. Saya lihat skor di layar: MU lagi kalah lagi. Dikalahkan Bournemouth 0-1.
Pertandingan Liverpool sendiri belum dimulai. Masih lama. Saya menonton MU dulu. Syukurlah, berkat saya tonton, MU bisa membalas kekalahan. Akhirnya 1-1.
Sambil nonton MU, saya jalan-jalan ke berbagai ruangan di gedung itu. Ada permainan basket satu bola. Bisa untuk delapan orang. Ada permainan balap mobil. Balap motor. Apa saja.
Lalu saya sampai ke ruang paling kanan: lebih penuh dari yang di depan tadi. Saya pun bertanya dalam hati: kenapa kami tadi tidak diarahkan masuk ke ruang yang ini.