OKU EKSPRES – Antimateri, lawan dari materi biasa yang menyusun alam semesta, terus menjadi sorotan dunia sains karena potensi energinya yang luar biasa.
Antimateri terdiri dari partikel-partikel yang disebut antipartikel, memiliki massa yang sama dengan partikel biasa, tetapi dengan muatan dan sifat kuantum yang berlawanan.
Sebagai contoh, antiproton – pasangan dari proton – memiliki muatan negatif, bukan positif.
Ketika antimateri bertemu dengan materi, keduanya akan saling menghancurkan atau “menganihilasi”, melepaskan energi besar dalam bentuk sinar gamma, sesuai dengan rumus terkenal Einstein, E=mc².
BACA JUGA:Venna Melinda Ungkap Verrell Bramasta Sering Minta Doakan Agar Segera Mendapatkan Jodoh
BACA JUGA:Singapura Bisa Terhindar dari Tarif AS yang Tinggi, Ekspor Ini yang Menyelematkannya !
Proses ini menjadikan antimateri sebagai sumber energi yang sangat menjanjikan, meski saat ini masih jauh dari jangkauan praktis.
Produksi Mahal, Jumlah Sangat Minim
Namun, produksi antimateri sangatlah kompleks dan mahal. Di fasilitas seperti Antimatter Factory milik CERN di Swiss, antimateri dibuat melalui tabrakan partikel berenergi tinggi.
Salah satu metode melibatkan penembakan proton ke target logam untuk menghasilkan antiproton sebagai partikel sekunder.
Setelah itu, antiproton diperlambat menggunakan alat khusus seperti Antiproton Decelerator, lalu dikombinasikan dengan positron untuk membentuk atom antihidrogen.
BACA JUGA:Tiga Strategi Jitu Presiden Prabowo Menghadapi Tantangan Ekonomi Global Termasuk Tarif Impor AS
BACA JUGA:Jay Idzes Dekat dengan Inter Milan, Siap Gantikan Acerbi di Lini Pertahanan
Sayangnya, hasil yang diperoleh sangat minim. CERN hanya mampu memproduksi sekitar 1,67 nanogram antimateri setiap tahunnya. Untuk menghasilkan satu gram antimateri saja, dibutuhkan biaya sekitar 5 kuadriliun euro – harga yang sangat fantastis akibat konsumsi energi tinggi, alat canggih, dan proses produksi yang sangat tidak efisien.
Aplikasi Nyata di Dunia Medis