BACA JUGA:Nikmati Kesegaran Sayur Oyong Soun yang Gurih dan Menyegarkan
Di dekat Condet pun wilayahnya berkembang. Mereka digusur lagi. Pindah ke dekat pantai utara Tangerang itu. Lalu mereka bertekad tidak mau lagi digusur.
Saya dengarkan kisah itu dengan menahan linangan air mata. Begitu selesai saya rapat dengan pimpinan proyek. Di dekat sawah itu. Saya minta kepadanya: mereka tidak boleh kita gusur.
Di situ saya juga putuskan. PLN membeli saja tanah di dekat lokasi itu. Bukan untuk transmisi. Untuk membangun gudang. Kalau bukan untuk transmisi PLN, boleh membayar dengan harga pasar. Dengan membeli tanah untuk gudang tidak ada peraturan yang dilanggar.
Begitulah. Transmisi dibelokkan sedikit ke "tanah gudang" PLN. Gudangnya sendiri rasanya tidak jadi dibangun. Proyek pun selesai. Triliunan rupiah bisa diselamatkan. Krisis listrik di Tangerang teratasi.
BACA JUGA:Resep Nugget Tempe, Camilan Lezat yang Mudah Dibuat di Rumah
BACA JUGA:Awas! Makanan Ini Bisa Bikin Anda Ngantuk Setelah Sarapan
Mobil untuk kepala proyek tetap saya berikan. (Hallooo... masih kerja di PLN kah Anda?). Maafkan saya lupa nama Anda.
Sebenarnya saya ingin tetap merahasiakan cerita ini. Bisa dikira pansos terkait pagar laut. Toh sudah terjadi 14 tahun lalu.
Ada lagi alasan untuk tetap merahasiakannya: saya bisa jadi tersangka.
Saya bisa dianggap korupsi karena menyiasati peraturan. Apalagi masih banyak cara serupa saya lakukan untuk atasi krisis listrik di seluruh Indonesia saat itu.
BACA JUGA:Wuling Raih Penghargaan Best Public Relations diajang IPRA 2025
BACA JUGA:Mitos atau Fakta, Makanan Pedas Berbahaya untuk Ibu Hamil?
Karena itu mohon cerita ini Anda baca sambil menyendiri. Jangan Anda share ke siapa pun. Cukup untuk Anda sendiri --sebagai rahasia kita berdua.(Dahlan Iskan)