Penemuan Rapamycin dan Potensi Anti-Penuaannya

Rapamycin, atau dikenal juga sebagai Sirolimus. -Foto via mcknights-Agrar

OKU EKSPRES - Rapamycin, atau dikenal juga sebagai Sirolimus, pertama kali ditemukan pada tahun 1972 dalam sebuah ekspedisi ilmiah di Pulau Paskah. 

Senyawa ini awalnya dikenal karena sifat anti-jamurnya, namun seiring waktu, para ilmuwan menyadari bahwa rapamycin juga memiliki potensi anti-kanker yang signifikan. 

Meski perjalanan penelitian rapamycin penuh dengan tantangan dan penemuan ulang, saat ini rapamycin menjadi salah satu kandidat unggulan dalam penelitian anti-penuaan.

Pada awalnya, rapamycin diekstrak dari sampel tanah dan diidentifikasi sebagai agen anti-jamur. Namun, sifatnya yang juga menekan sistem kekebalan tubuh membuatnya lebih dikenal sebagai obat imunosupresan. 

BACA JUGA:Kembali Kunjungi Lalan, Bentuk Kecintaan Hj Lucianty Kepada Masyarakat Lalan

BACA JUGA:Komitmen Menangkan HDCU dan Enos-Yudha, Siap Jangkau Pemilih Milenial hingga Gen Z

Hal ini sempat membatasi penggunaannya sebagai pengobatan infeksi, namun kemudian para ilmuwan menemukan bahwa rapamycin juga dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. 

Tidak seperti obat kemoterapi tradisional yang bersifat sitotoksik (membunuh sel), rapamycin bersifat sitostatik, yang berarti ia menghentikan pembelahan sel tanpa membunuhnya. Efek ini menjadi terobosan dalam penelitian kanker.

Secara mekanis, rapamycin bekerja sebagai penghambat target mekanistik rapamycin (mTOR), protein yang berperan penting dalam mengatur pertumbuhan dan metabolisme sel. 

Penghambatan mTOR oleh rapamycin terbukti memiliki berbagai efek positif, di antaranya:

BACA JUGA:Dua Warga Bertikai Sepakat Damai

BACA JUGA:Longsor, 1 Rumah Nyaris Roboh 4 Lainnya Mengkhawatirkan

Memperpanjang Umur, Penelitian pada berbagai organisme, seperti ragi, cacing, lalat, dan tikus, menunjukkan bahwa rapamycin dapat memperpanjang usia. Sebagai contoh, tikus yang diberi rapamycin hidup hingga enam bulan lebih lama dibandingkan tikus yang tidak diberi obat, yang setara dengan tambahan 20 tahun pada manusia.

Meningkatkan Autophagy, Rapamycin juga mendorong proses autophagy, yaitu proses pembersihan komponen sel yang rusak. Hal ini penting untuk menjaga kesehatan sel-sel dalam tubuh.

Tag
Share