Penemuan Samudera Bawah Tanah Raksasa di Kedalaman 700 Kilometer Bumi: Terobosan Ilmiah Besar
Foto ilustrasi -macrovector via Freepik-Agrar
OKU EKSPRES - Para ilmuwan baru-baru ini menemukan sebuah samudera raksasa tersembunyi di bawah permukaan Bumi, terletak sekitar 700 kilometer di bawah permukaan.
Dilansir dari nature.com Air ini tersimpan dalam batuan langka yang disebut ringwoodite, dan volumenya diperkirakan tiga kali lebih besar dari seluruh samudera yang ada di permukaan Bumi.
Penemuan ini memberikan wawasan penting tentang siklus air di Bumi dan proses-proses yang terjadi di kedalaman bumi, serta membuka pandangan baru mengenai dinamika geologis planet kita.
Penemuan ini menjadi salah satu terobosan besar dalam ilmu geologi.
BACA JUGA:Kapal Laut SS United States Siap Disulap Menjadi Rumah Bagi Kehidupan Bawah Laut
BACA JUGA:Gadis 10 Tahun yang Menghilang di Hutan Louisiana Ditemukan dengan Bantuan Drone Termal
Para peneliti telah lama menduga bahwa di dalam lapisan mantel Bumi terdapat sejumlah besar air, tetapi keberadaan ringwoodite yang mengandung air di kedalaman sekitar 700 kilometer membuktikan teori ini dengan lebih pasti.
Ringwoodite adalah batuan yang dapat menyimpan air dalam bentuk ion hidrogen, yang memungkinkan air tetap terperangkap di dalamnya meskipun berada di tekanan ekstrem di bawah permukaan Bumi.
Menurut para ilmuwan, air yang tersimpan di lapisan dalam Bumi ini tidak dalam bentuk cair seperti yang kita kenal, tetapi terperangkap dalam struktur kristal batuan.
Dalam kondisi tekanan tinggi di kedalaman tersebut, air disimpan sebagai bagian dari mineral ini, dan hanya dapat dilepaskan jika terjadi proses geologis tertentu, seperti pergeseran lempeng tektonik atau aktivitas vulkanik.
BACA JUGA:NASA Astronot Abadikan Momen Badai Milton dari Luar Angkasa
BACA JUGA:Prada dan Axiom Space Kolaborasi Desain Baju Antariksa NASA untuk Misi Artemis III
Penemuan air di dalam batuan ringwoodite pada kedalaman 700 kilometer ini memiliki dampak yang besar terhadap pemahaman kita tentang siklus air di Bumi.
Selama ini, siklus air yang kita kenal hanya mencakup air permukaan yang menguap, mengendap, dan kembali lagi dalam bentuk hujan.