Katolik Kristen

Patung Yesus di Sibea-Bea, Samosir ketika terlihat dari jauh.-Foto: stimewa-Gus munir

Sampai Bolon Pangururan, di sisi barat pulau Samosir, Anda tidak perlu menyeberang lagi. Dari pulau Samosir kini sudah ada jembatan. Itulah jembatan yang menyatukan pulau Samosir dengan daratan Tapanuli di seberang pulau.

Jembatannya sendiri kini jadi objek wisata kebangaan orang Samosir. Mereka tidak membayangkan akan ada jembatan modern nun di pedalaman Samosir. Baru. Melengkung di atas selat Tano Ponggol. Itulah selat antara Samosir dan daratan Tapanuli yang paling sempit.

Jembatan itu panjangnya 350 meter. Berpilar tiga. Tinggi Warna merah. Di bagian atas sana tiga pilar itu menyatu: jadi pegangan kabel-kabel baja.

BACA JUGA:865.646 Sertipikat Tanah Elektronik yang Diterbitkan ATR-BPN

BACA JUGA:Kebijakan Kurikulum Xi Jinping Dikritik

Jembatannya sendiri berada di sela-sela ’’paha’’ pilar itu. Bentang terpanjangnya 90 meter. Kapal bisa tetap lewat di bawahnya. Arsitektur jembatan itu modern. Tiga pilar yang menyatu tinggi itu menjadi icon tersendiri.

Nama Presiden Jokowi abadi melekat di jembatan itu.

Tiba di jembatan ini berarti Sibeabea tidak jauh lagi. Sibeabea sudah di depan mata.

Sibeabea adalah kampung halaman Sudung Sitomorang. Juga kampung halaman Daulat Situmorang. Rumah mereka berdekatan. Keduanya memang masih sepupu --Sudung memanggil Daulat sebagai paman.

Untuk mencapai Sibeabea, Anda juga bisa terbang dari Jakarta. Langsung ke Bandara Silangit di Siborongborong. Lalu naik mobil sejauh 2,5 jam menuju arah Humbang Hasundutan. Ada pertigaan menuju Sibeabea.

BACA JUGA:Polres OKU Selatan Gelar Uji Kesamaptaan Jasmani Berkala II T.A. 2024

BACA JUGA:5 Kebiasaan Buruk yang Dapat Memperpendek Umur Laptop Anda

Dari desa itu Sudung merantau ke Medan. Lalu ke Jakarta. Pun Daulat. Dari Sibeabea menuju Medan. Lalu ke Bandung.

Kampung itu memang tidak subur. Bahkan bukit yang jadi lokasi patung sangat tandus. Berbatu. Tidak bisa jadi lahan pertanian. Singkong pun, tanaman tradisional sumber hidup mereka, tidak bisa ditanam di bukit itu.

Sudung jadi sarjana hukum di Universitas Indonesia (UI). S-2 nya pun di bidang hukum. Lalu jadi jaksa. Jadi orang terpandang. Pernah menjadi kepala Kejaksaan Tinggi, Jakarta.

Tag
Share