Karung Goni
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
Harus mampir Oklahoma. Berangkat dari Kansas City sudah hampir tengah hari. Kalau langsung Dallas terlalu malam tiba di kota terbesar Texas itu.
Bermalam di Oklahoma sebelah mana? Agar rutenya lebih lurus ke selatan, saya pilih bermalam di kota Tulsa. Bukan di Oklahoma City --terlalu belok ke barat.
Tulsa kota kedua terbesar di negara bagian Oklahoma. Tapi hampir imbang besarnya. Juga imbang sepinya --kalau malam.
Yang lebih hidup adalah wilayah pinggirannya. Orang pada menyingkir untuk hidup di pinggir kota. Toh akses ke kotanya lancar.
BACA JUGA:Gelar Gotong Royong Bersihkan Puing Sisa Banjir Bandang
BACA JUGA:Dana BOS dan PSG Sudah Dicairkan
Pukul tujuh malam matahari Tulsa masih tinggi. Tapi downtown-nya sudah seperti kota mati. Itu baik: saya bisa parkir di pinggir jalan dengan mudah. Tidak harus masuk gedung parkir. Tanpa bayar pula.
Di kota sekelas ini bayar parkir hanya antara pukul 08.00 sampai 17.00. Tidak semua pinggir jalan boleh dipakai parkir. Di pojokan tidak boleh. Di sebelah hidran dilarang. Di tempat penyandang cacat, jangan. Di dekat tempat sampah tidak boleh. Harus pandai membaca tanda
Lalu kami jalan kaki keliling pusat kota. Satu jam. Gedung-gedung pencakar langit Tulsa berkumpul di beberapa blok pusat kota ini.
Selama satu jam itu kami hanya berpapasan dengan delapan orang. Ini di pusat kota. Begini senyapnya. Teman saya yang dari Beijing terheran-heran. Pusat kota di Tiongkok selalu padat manusia. Pun di Indonesia.
BACA JUGA:Amankan Ular Piton Masuk Kandang Ternak Warga
BACA JUGA:Serahkan Bantuan Kepada Korban Banjir
Dari delapan orang itu, yang tiga suami-isteri-anak dan anjing mereka. Selebihnya mereka yang berjalan sendiri-sendiri. Sepi.
Kami tidak takut. Kami bertiga. Beberapa kejadian kekerasan terhadap orang Asia dialami oleh yang berjalan sendiri. Atau tua. Atau wanita. Dan lagi sudah agak lama tidak terdengar kejadian seperti itu.