Karung Goni
Dahlan Iskan-Photo ist-Gus munir
Saya pernah ke Tulsa ketika akan mendirikan pabrik kertas koran. Waktu itu ditemukan sumber bahan baku tanaman serat panjang --selain kayu pinus. Yakni tanaman yang saya sudah lupa namanya.
Ups ... mendadak ingat: kenaf.
Kenaf sedang diuji coba di satu desa dekat Tulsa. Saya lihat kebun uji coba itu. Bertemu dengan profesor ahlinya.
BACA JUGA:RS Muhammadiyah Diresmikan, Bisa Layani Bedah
BACA JUGA:Gelar Penyuluhan, Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Bayar Pajak
Tanaman itu ternyata pernah populer di Indonesia. Yakni ketika belum ditemukan kantong plastik. Mungkin sebagian Anda masih ingat: karung goni. Setidaknya pernah ikut lomba lari karung.
Karung itu dibuat dari serat tanaman tersebut. Yang tumbuhnya di rawa-rawa.
Bedanya: tanaman yang dikembangkan di Tulsa ini tiga kali lipat tingginya. Lebih tinggi dari badan profesor itu --apalagi badan saya.
Sedang yang di Indonesia hanya setinggi perut saya.
Saya pun pulang membawa benih dati Tulsa. Saya juga menyewa lahan sawah di Nganjuk. Dua hektare. Untuk uji coba. Kalau sukses, bisa diperluas. Tidak perlu impor bahan baku.
BACA JUGA:Ajak Sebarluaskan Informasi Positif Tentang Pemberantasan korupsi
BACA JUGA:Buron 2 Tahun, Tersangka Kasus Pembunuhan Ditangkap
Hasilnya: tidak seperti yang di Tulsa. Memang bisa lebih tinggi tapi tidak seberapa. Hitung-hitung tidak bisa balik modal.
Di Amerika sendiri tanaman ini tidak berhasil jadi bintang pengganti pinus. Plastik tetap menjadi raja --biar pun dikecam sebagai sumber polusi nomor satu di dunia. Semuanya kalah murah.
Dallas tinggal empat jam dari Tulsa. Sekali tarik. Tanpa harus istirahat. Nasehat perusuh Bung Agus yang idola wanita itu (lihat komentar di Disway kemarin) telat.